TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Hampir 8.500 personel Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat (AS) tidak memenuhi tenggat waktu 2 November untuk menerima vaksin virus corona (Covid-19).
Pernyataan ini disampaikan militer AU AS yang mencatat bahwa nyaris 5.000 diantaranya terus mencari alasan pengecualian berdasarkan agama maupun keyakinan, sementara 800 langsung menyampaikan penolakan.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (4/11/2021), dalam statistik vaksinasi virus corona (Covid-19) terbaru untuk pasukan Amerika Serikat (AS) yang dirilis oleh militer AU AS pada Rabu kemarin, menunjukkan bahwa 8.486 tentara tetap tidak divaksinasi.
Termasuk 2.753 yang belum memulai proses, 4.933 yang saat ini mencari pengecualian agama, sementara 800 lainnya menolak untuk menerima vaksin.
Namun, terlepas dari ketidaksepakatan itu, sebagian besar dari 326.000 personel tugas aktif di AU dan Angkatan Luar Angkasa AS atau hampir 96 persen pasukan telah divaksinasi sepenuhnya.
Jumlah ini berhasil memenuhi salah satu 'garis waktu paling agresif diantara dinas militer' dalam hal tenggat waktu vaksinasi.
"Penerbang kami harus siap untuk beroperasi kapan saja, di mana saja di dunia. Mendapatkan vaksinasi memastikan bahwa kami adalah kekuatan yang siap untuk memenuhi komitmen kami kepada bangsa sambil melindungi kesehatan tim dan keluarga kami," kata Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal CQ Brown Jr., dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Covaxin Buatan India Dapat Izin Penggunaan Darurat dari WHO
Sementara itu, lebih dari 1.800 tentara sejauh ini telah diberikan pengecualian, termasuk 1.634 yang menggunakan alasan medis dan 232 lainnya mendapatkan pengecualian 'administratif'.
Namun tidak ada yang disetujui untuk 'alasan keagamaan'.
Sedangkan yang menjadi pertanyaan saat ini adalah tentang nasib dari hampir 5.000 pasukan yang telah mendaftar untuk vaksin.
Beberapa cabang militer telah memberikan pengawasan ekstra terhadap alasan pengecualian agama ini, dengan dokumen yang diperoleh Fox News pada September lalu menunjukkan bahwa pendeta diminta untuk menanyakan serangkaian pertanyaan kepada tentara.
Bertindak atas perintah dari Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada Agustus lalu, Angkatan Udara menetapkan batas waktu mandat vaksinnya sebelum cabang militer lainnya.
Sementara Angkatan Darat akan meminta anggota tugas aktif untuk divaksinasi pada 15 Desember, dan Marinir serta Angkatan Laut menetapkan batas waktu hingga 28 November mendatang.
Angkatan Udara mengamanatkan tenggat waktu vaksinasi pada 2 November lalu, seperti yang pertama kali diumumkan pada September 2021.
Namun, personel cadangan dan personel sipil di setiap layanan telah diberikan lebih banyak waktu, dengan pasukan cadangan Angkatan Darat diberikan kelonggaran terbesar dari cabang manapun dengan tenggat waktu vaksinasi hingga 30 Juni 2022.
Meskipun persentase besar dari pasukan tugas aktif dan pasukan cadangan di setiap cabang telah menerima suntikan dan jumlah vaksin telah meningkat sejak perintah Austin pada Agustus lalu, sebuah laporan di The Washington Post bulan lalu menunjukkan bahwa 'ratusan ribu' anggota layanan AS tetap sepenuhnya tidak divaksinasi atau hanya diimunisasi sebagian saja.
Perlu diketahui, Korps Marinir AS memiliki keraguan terbesar terhadap vaksin, dengan hanya 72 persen yang diinokulasi penuh pada pertengahan Oktober lalu, berbeda dengan jumlah 90 persen atau lebih di cabang militer lainnya.
Dalam pernyataannya pada Rabu kemarin, AU AS mengatakan akan terus meninjau permintaan akomodasi medis dan keagamaan selama 30 hari ke depan.
Selain itu juga mencatat bahwa pemeriksaan virus melalui tes PCR masih akan diperlukan 'setidaknya setiap minggu' bagi siapapun yang belum sepenuhnya divaksinasi namun hendak memasuki fasilitas militer.
Termasuk mereka yang telah mengajukan pengecualian atau telah memperolehnya.