TRIBUNNEWS.COM - Otoritas Penerbangan Sipil Turki mengatakan bahwa negaranya telah menghentikan penjualan tiket pesawat kepada warga Irak, Suriah, dan Yaman yang ingin melakukan perjalanan ke Belarusia.
Diketahui dalam beberapa bulan terakhir Belarusia menjadi rute bagi para migran dan pengungsi dari Irak, Suriah, dan Yaman yang mencoba memasuki Uni Eropa (UE).
Adapaun ribuan orang telah berhasil menyeberang secara ilegal ke negara-negara anggota UE, yaitu Polandia, Lithuania, dan Latvia sejak musim panas.
Di antara para migran tersebut adalah Kurdi Irak dan Suriah yang melarikan diri dari konflik, penganiayaan atau kemiskinan.
Banyak yang bertujuan untuk mencapai Jerman atau negara-negara Eropa Barat lainnya, terkadang untuk bertemu kembali dengan kerabat yang sudah menetap di sana.
Baca juga: Belarusia Ancam akan Potong Pasokan Gas Eropa di Tengah Meningkatnya Krisis Migran di Perbatasan
Lebih lanjut, dalam pernyataan singkat yang diunggah di Twitter, otoritas penerbangan Turki mengatakan keputusannya untuk menghentikan penjualan tiket berlaku hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Mengutip keputusan Turki, maskapai Belarusia, Belavia mengatakan pihaknya juga tidak akan mengangkut warga Irak, Suriah, dan Yaman dalam penerbangan Istanbul-Minsk mulai Jumat (12/11/2021).
Belavia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berencana untuk mengganti biaya tiket yang sudah dibeli.
Sementara itu, UE mengatakan pihaknya telah menerima konfirmasi bahwa maskapai Irak tidak akan melanjutkan penerbangan ke Minsk, ibu kota Belarusia.
Para pemimpin UE telah meningkatkan tekanan pada maskapai penerbangan untuk berhenti membawa orang-orang dari Timur Tengah ke wilayah itu.
Diberitakan sebelumnya, pejabat UE dan Polandia menuduh pemimpin lama Belarus, Presiden Alexander Lukashenko, memfasilitasi penyeberangan perbatasan ilegal sebagai pembalasan atas sanksi yang dikenakan UE pada pemerintahnya atas tindakan keras brutalnya terhadap perbedaan pendapat menyusul sengketa pemilihan kembali Lukashenko tahun lalu.
Migran di Jerman dan Polandia
Dikutip dari AP News, polisi federal Jerman melaporkan pada hari Rabu bahwa 1.246 entri tidak sah ke Jerman dengan koneksi ke Belarus telah dicatat dalam sembilan hari pertama bulan November.
Secara keseluruhan, ada 9.087 entri seperti itu sepanjang tahun ini, kata polisi Jerman.
Pihak berwenang Polandia mengatakan ada banyak orang yang tetap berada di seberang perbatasan di negara tetangga Belarusia dan penjaga perbatasan Polandia terus menolak upaya untuk memasuki Polandia secara ilegal setiap hari.
Sekarang ada ratusan orang, di antaranya keluarga dengan anak-anak, tinggal di kamp-kamp darurat di sisi perbatasan Belarusia.
Baca juga: Berita Foto : Polandia Blokir Migran di Perbatasan Belarusia
Upaya untuk menyeberang menjadi semakin berbahaya ketika Polandia membentengi sisi perbatasannya dan mendorong orang mundur.
Suhu di perbatasan Polandia-Belarus turun hingga di bawah titik beku pada malam hari.
Seorang pejabat Polandia mengatakan konflik yang sedang berlangsung di negara itu dengan pemerintah Belarusia diperkirakan tidak akan berkurang dalam beberapa hari mendatang.
Pawel Soloch, kepala Biro Keamanan Nasional, mengatakan Polandia sedang menghadapi perang hibrida psikologis, yang dilancarkan secara sadar oleh pusat-pusat yang ingin melemahkan atau bahkan pada akhirnya menghancurkan negara kita.
Baca juga: 6 Fakta Krisis Perbatasan Polandia-Belarusia: Pemicu hingga Asal Migran
Penjaga Perbatasan Polandia mengatakan pada hari sebelumnya mereka mencatat 223 upaya untuk menyeberangi perbatasan Polandia secara ilegal dari Belarus, lebih sedikit dari awal pekan ini.
Kementerian Pertahanan Polandia mengatakan satu kelompok melintasi pagar di desa Kuznica tetapi dihentikan oleh para pejabat.
Kementerian memposting video yang katanya menunjukkan insiden itu.
Badan Penjaga Perbatasan memposting video lain di Twitter yang katanya menunjukkan personel Belarusia menggunakan laser hijau di perbatasan.
"Kami berasumsi bahwa ini adalah upaya untuk membutakan petugas dan tentara kami yang berpatroli di perbatasan," kata pos itu.
Informasi itu tidak mungkin diverifikasi. Wartawan independen menghadapi batasan untuk pelaporan mereka di Belarus, dan keadaan darurat di zona perbatasan Polandia mencegah media memasuki daerah tersebut.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)