TRIBUNNEWS.COM - Jaksa Prancis tengah menyelidiki dugaan pemerkosaan kepada seorang tentara wanita di Istana Kepresidenan Prancis.
Dilansir The Guardian, insiden itu dilaporkan terjadi setelah acara pesta perpisahan di Istana Élysée pada Juli lalu.
Diduga penyerangan dilakukan setelah seorang jenderal dan Presiden Emmanuel Macron meninggalkan acara tersebut.
Laporan ini pertama kali dirilis surat kabar Prancis, Libération.
Menurut laporan, pesta perpisahan itu digelar di Istana Kepresidenan Prancis atau Istana Élysée.
Baca juga: Kondisi Covid-19 Dunia: Prancis Masuk Gelombang 5 hingga Pengiriman Vaksin ke Zona Konflik
Baca juga: Yaelle Hoyaux Akhirnya Pulang ke Prancis Setelah Sampai di Istanbul, Ceritanya Bikin Nyesek Netizen
Dilaporkan BBC, acara itu berupa pesta minum untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seorang perwira senior.
Presiden Macron sempat melakukan pidato singkat dan kemudian pergi sekira pukul 10 malam waktu setempat.
Namun acara minum-minum tetap berlanjut.
Beberapa undangan lain meninggalkan Istana dan pindah ke kantor staf militer pribadi presiden di Rue de l'Élysee.
Di sanalah terjadi dugaan aksi pemerkosaan.
Lebih lanjut, Libération menulis, dua tentara, si korban dan terduga penyerang, adalah rekan kerja yang ditempatkan di kantor keamanan tinggi di Istana Presiden.
Tentara wanita atau terduga korban melaporkan pemerkosaan yang ia alami di kantor polisi terdekat dari area Istana Élysée.
Adapun oknum tentara yang dituduh itu sudah diinterogasi oleh jaksa, namun statusnya masih "saksi yang dibantu".
Sumber pengadilan mengatakan, status tersebut menunjukkan bahwa dia masih tunduk pada interogasi lebih lanjut tetapi belum didakwa secara resmi.
Sementara itu, seorang pejabat presiden mengatakan kasus tersebut sudah ditangani.
Menurutnya, korban dalam perlindungan dan orang yang dituduh memperkosanya sudah dipindahtugaskan.
Sementara ini, kata pejabat, kepresidenan masih akan menunggu penyelidikan yudisial.
Baca juga: Berita Foto : Pria Prancis Cetak Rekor Berdiri di Atas Balon Udara
Baca juga: Oknum Polisi yang Rudapaksa Istri Tahanan Minta Korban Gugurkan Kandungan: Nanti Nikah Sama Aku
Prancis beberapa tahun terakhir ini diterpa sejumlah skandal pelecehan seksual yang menggemparkan publik.
Macron sendiri berjanji mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan.
Bahkan, pemerintah Prancis telah menelurkan undang-undang baru terkait kekerasan pada perempuan atas skandal pada Maret 2021 ini.
Presiden Macron diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua pada pemilu April 2022.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)