TRIBUNNEWS.COM - Polusi udara di Ibu Kota India, Delhi meningkat, Channel News Asia melaporkan pada Sabtu (13/11/2021).
Tingkat partikulat (PM 2.5), partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer) yang dapat memasuki aliran darah, mencapai 300 pada indeks kualitas udara.
Itu artinya ada kenaikan 20 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dewan Pengendalian Polusi Pusat pada hari Jumat mengatakan kepada penduduk untuk membatasi kegiatan di luar ruangan dan meminimalkan pertemuan.
Organisasi itu juga menyarankan otoritas pemerintah untuk mempersiapkan penerapan langkah-langkah di bawah kategori 'darurat'.
Baca juga: Perempuan di India Digunduli Kepalanya Gara-gara Kawin Lari dengan Kekasih
Baca juga: Berita Foto : Busa Beracun Melapisi Sungai Saat Festival Keagamaan di India
Dewan Pengendalian Polusi Pusat menambahkan kualitas udara yang buruk kemungkinan akan berlangsung hingga setidaknya 18 November karena laju angin yang rendah dengan kondisi tenang pada malam hari.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan pada hari Sabtu bahwa kegiatan konstruksi akan ditiadakan selama empat hari, mulai Minggu, untuk mengurangi debu dari lokasi terbuka yang luas.
Kantor pemerintah diminta untuk beroperasi dari rumah dan bisnis swasta disarankan untuk tetap menggunakan opsi bekerja dari rumah sebanyak mungkin.
Selain itu, sekolah akan ditutup selama satu minggu, sehingga anak-anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar.
"Mulai Senin, sekolah-sekolah ditutup sehingga anak-anak tidak perlu menghirup udara yang tercemar," kata Kejriwal.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Mahkamah Agung menyarankan untuk memberlakukan penguncian polusi di Delhi untuk membantu mengatasi krisis kualitas udara.
"Bagaimana kita akan hidup sebaliknya?" kata Ketua Hakim NV Ramana.
Delhi menduduki peringkat salah satu kota paling tercemar di dunia, dengan campuran berbahaya dari emisi pabrik dan kendaraan serta asap dari kebakaran pertanian mengubah udaranya menjadi abu-abu beracun setiap musim dingin.
Dilansir Times of India, rumah sakit melaporkan peningkatan tajam pada pasien yang mengeluh kesulitan bernapas.
Sedikitnya ada 12-14 pasien per hari yang mengeluhkan gangguan tidur dan panik.
"Kami mendapatkan 12-14 pasien setiap hari dalam keadaan darurat, kebanyakan pada malam hari, ketika gejalanya menyebabkan gangguan tidur dan panik," kata Dr Suranjit Chatterjee dari Apollo Hospitals.
Baca juga: Busa Beracun Cemari Sungai Delhi India
Baca juga: Marak Vaksinasi Palsu di India, Tidak Pernah Divaksin Tapi Dikirimi Sertifikat
Polusi Udara di Delhi
Pemerintah Delhi telah bersumpah selama bertahun-tahun untuk membersihkan udara kota.
Pembakaran limbah pertanian di negara bagian tetangga Delhi, yang merupakan penyumbang utama tingkat polusi kota setiap musim dingin, terus berlanjut meskipun ada larangan dari Mahkamah Agung.
Puluhan ribu petani di sekitar ibu kota membakar jerami atau sisa tanaman pada awal setiap musim dingin, membersihkan ladang dari padi yang baru dipanen agar dapat menanam gandum.
Jumlah kebakaran lahan pertanian musim ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, menurut data pemerintah.
Awal tahun ini, pemerintah Delhi membuka menara asap pertamanya yang berisi 40 kipas raksasa yang memompa 1.000 meter kubik udara per detik melalui filter.
Instalasi senilai Rp 28 miliar itu mengurangi separuh jumlah partikulat berbahaya di udara tetapi hanya dalam radius 1 kilometer persegi, menurut para insinyur.
Sebuah laporan tahun 2020 oleh organisasi Swiss IQAir menemukan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India, dengan Delhi menduduki peringkat ibu kota paling tercemar secara global.
Pada tahun yang sama, Lancet mengatakan 1,67 juta kematian disebabkan oleh polusi udara di India pada 2019, termasuk hampir 17.500 di ibu kota.
Dalam beberapa hari terakhir, sungai yang mengalir melalui Delhi, Sungai Yamuna, juga tersumbat oleh busa putih.
Pemerintah kota telah menyalahkan hal itu pada limbah berat dan limbah industri yang dibuang ke sungai dari hulu lebih jauh.
Baca juga artikel lain terkait India
(Tribunnews.com/Rica Agustina)