TRIBUNNEWS.COM - Rusia mulai memasok sistem rudal pertahanan udara S-400 ke India, lapor kantor berita Rusia pada Minggu (14/11/2021) berdasar pernyataan Kepala Badan Kerja Sama Militer Rusia, Dmitry Shugayev.
Mengutip Reuters, dengan pasokan yang baru dikirim oleh Rusia ini menempatkan India pada risiko sanksi dari Amerika Serikat (AS), di bawah Undang-Undang AS tahun 2017 yang mengatur/mencegah transaksi perangkat keras militer Rusia.
"(Pengiriman) pasokan pertama sudah dimulai," kata Shugayev mengutip Interfax pada hari Minggu di sebuah pameran dagang kedirgantaraan di Dubai.
Baca juga: Perbatasan Negara Dipenuhi Pengungsi, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko Justru Main Hoki Es
Baca juga: 3 Pasangan Bukan Suami Istri di Banjarnegara Terciduk Nginap di Hotel, Ada yang Berusia 52 Tahun
Ia mengatakan bahwa unit pertama sistem S-400 akan tiba di India pada akhir tahun ini.
Kesepakatan senilai $5,5 miliar untuk lima sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh, menurut India dibutuhkan untuk melawan ancaman dari China.
India menghadapi berbagai sanksi keuangan dari Amerika Serikat di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), yang menyebut Rusia sebagai musuh bersama Korea Utara dan Iran atas tindakannya terhadap Ukraina, campur tangan dalam pemilihan AS 2016 dan bantuan ke Suriah.
New Delhi mengatakan memiliki kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan Rusia, sementara Washington mengatakan kepada India bahwa tidak mungkin mendapatkan pengabaian dari CAATSA.
Baca juga: Cegah Para Migran Masuki UE, Turki dan Maskapai Belarusia Hentikan Penerbangan untuk Timur Tengah
Baca juga: AS Jual Rudal US$ 650 Juta ke Arab Saudi, Upaya Mencegat Serangan Udara Houthi
Sebelumnya pada 2020, Amerika Serikat memberlakukan sanksi mengutip CAATSA pada sekutu NATO Turki karena memperoleh rudal S-400 dari Rusia.
Sanksi tersebut menargetkan badan pengadaan dan pengembangan pertahanan utama Turki, Kepresidenan Industri Pertahanan.
Washington juga mengeluarkan Turki dari program jet tempur siluman F-35, pesawat paling canggih di gudang senjata AS, yang digunakan oleh anggota NATO dan sekutu AS lainnya.
Rusia mengaku telah menawarkan bantuan kepada Turki dalam mengembangkan jet tempur canggih, tetapi sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai.
"Kami masih dalam tahap negosiasi proyek ini," kata Shugayev seperti dikutip kantor berita RIA, Minggu.
Berita lain terkait Rudal
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)