News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Pfizer Setuju Pil Covid-19 Versi Generik Diproduksi di 95 Negara

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto yang dirilis Pfizer pada Selasa (16/11/2021) menunjukkan produksi pil di laboratorium mereka di Jerman

TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan farmasi Pfizer menandatangani kesepakatan yang memungkinkan produksi dan pasokan obat anti-virus Covid-19 eksperimental di puluhan negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Perjanjian antara perusahaan AS ini dan kelompok kesehatan masyarakat internasional yang didukung PBB Medical Patent Pool (MPP) akan memungkinkan produsen memproduksi dan memasok obat generik Pfizer ini di 95 negara tanpa ancaman pelanggaran paten.

Sebagian besar negara yang termasuk dalam kesepakatan itu berada di Afrika dan Asia, mencakup sekitar 53 persen populasi dunia.

“Pfizer tetap berkomitmen untuk menghadirkan terobosan ilmiah untuk membantu mengakhiri pandemi ini bagi semua orang,” kata Kepala Eksekutif Pfizer, Albert Bourla, Selasa (16/11/2021), seperti dilansir dari Al Jazeera.

“Kami percaya perawatan antivirus oral dapat memainkan peran penting dalam mengurangi keparahan infeksi Covid-19, mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan kami dan menyelamatkan nyawa,” katanya.

Baca juga: Pfizer, BioNTech dan Moderna Raup Pendapatan 1.000 Dolar AS Per Detik dari Jualan Vaksin Covid-19

Baca juga: Merck Tandatangani Pakta untuk Perluas Produksi Molnupiravir Versi Generik

Pada hari yang sama, Pfizer meminta regulator di Amerika Serikat untuk memberikan otorisasi penggunaan darurat pilnya.

Perusahaan itu mengatakan uji coba tahap akhir menunjukkan pil itu mengurangi kemungkinan rawat inap atau kematian bagi orang dewasa yang berisiko penyakit parah hingga 89 persen.

Disebutkan, uji coba mengevaluasi data dari 1.219 kasus positif di seluruh Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, dan Asia.

Obat tersebut terbukti paling efektif jika diminum pada tahap awal infeksi dan diberikan dalam kombinasi dengan antivirus yang lebih dulu ada yang disebut ritonavir.

Bourla mengatakan kepada kantor berita Reuters pada awal November bahwa untuk negara-negara berpenghasilan rendah, perusahaan sedang mempertimbangkan beberapa opsi penetapan harga, dengan tujuan tidak ada hambatan bagi mereka juga untuk memiliki akses.

Baca juga: Pfizer Klaim Vaksinnya Lebih dari 90 Persen Efektif pada Kelompok Anak

Baca juga: Jerman Hanya Rekomendasikan Vaksin Pfizer-BioNtech untuk Usia di Bawah 30 Tahun

Badan amal medis Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) mengungkapkan kekecewaannya atas kesepakatan karena sejumlah negara, termasuk Brasil, Argentina, China, dan Thailand, tidak termasuk dalam perjanjian tersebut.

“Kami kecewa melihat lisensi sukarela yang membatasi lainnya selama pandemi ini sementara kasus terus meningkat di banyak negara di seluruh dunia,” kata Yuanqiong Hu, penasihat kebijakan hukum senior dengan Kampanye Akses MSF.

“Jika Pfizer benar-benar ingin memenuhi janjinya untuk berkontribusi pada akses yang adil ke perlakuan baru ini, Pfizer harus dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak akan menghalangi produksi dan persaingan generik terbuka, alih-alih menandatangani lisensi sukarela yang membatasi, dan mencabut monopoli hak kekayaan intelektual selama pandemic ini,” katanya.

Regina Osih, seorang dokter medis dan spesialis penyakit menular di Aurum Institute di Johannesburg, Afrika Selatan, mengatakan kesepakatan itu sangat penting.

"Kesepakatan semacam ini memungkinkan semua orang untuk berpotensi mengakses obat Covid, mereka masih akan mengecualikan seseorang tetapi mereka akan meningkatkan percakapan seputar akses yang adil," katanya.

Baca juga: Fokus Kembangkan Pil Covid yang Dapat Tekan Kematian Hingga 89 Persen, Saham Pfizer Melambung

Baca juga: Studi di Turki: Vaksin Booster dengan Pfizer Menghasilkan Perlindungan Lebih Besar daripada Sinovac

Langkah Pfizer terjadi setelah perusahaan farmasi AS Merck menandatangani kesepakatan bebas royalti serupa dengan MPP bulan lalu.

Kesepakatan Merck ini memungkinkan obat anti-virusnya, molnupiravir, dibuat dan dijual dengan biaya rendah di 105 negara berkembang.

Obat Merck telah disetujui oleh regulator di Inggris awal bulan ini.

Langkah Pfizer dan Merck untuk berbagi paten obat Covid-19 muncul di tengah tekanan internasional pada perusahaan farmasi untuk berbagi dan mentransfer teknologi untuk memungkinkan produksi versi generik dari vaksin Covid-19 mereka.

Sejauh ini, Pfizer menolak untuk melakukannya.

Baca juga: Inggris Jadi Negara Pertama di Dunia yang Setujui Penggunaan Pil Merck Molnupiravir

Baca juga: Merck Minta Persetujuan FDA untuk Penggunaan Obat Anti-Covid Molnupiravir

Para kritikus selama ini menilai keengganan berbagi resep vaksin telah berkontribusi pada distribusi vaksin yang sangat tidak merata antara negara kaya dan negara miskin.

Our World in Data menyebutkan, dari 7,54 miliar dosis vaksin yang telah diberikan secara global, hanya 4,6 persen orang di negara berpenghasilan rendah yang menerima setidaknya satu suntikan.

“Bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka (pembuat vaksin) melisensikan teknologi mereka pada Mei 2020,” kata Ellen 't Hoen, Direktur Hukum & Kebijakan Obat-obatan, merujuk pada tanggal Organisasi Kesehatan Dunia meluncurkan Technology Access Pool (C -TAP) platform bagi perusahaan untuk berbagi kekayaan intelektual dan pengetahuan vaksin. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini