Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Toshizo Watanabe (72) miliarder Jepang yang berdomisili di Amerika Serikat menyumbangkan tunai 1 miliar yen buat beasiswa kepada Kota Zushi Kanagawa tempatnya lahir.
"Saya ingin mendukung kaum muda yang belajar di luar negeri sebagai proyek Yayasan Pendidikan. Dulu saya banyak terbantu oleh beasiswa dari Zushi saat masih jadi pelajar," papar Watanabe baru-baru ini.
Pada 10 November, Watanabe menyumbangkan 1 miliar yen ke kota Zushi.
Sejak dia menerima dukungan keuangan dari kota ketika dia masuk universitas di masa lampau, kini Watanabe ingin balas budi, memberikan kembali ke kota Zushi uang berupa beasiswa untuk siswa yang kesulitan melanjutkan ke universitas karena alasan keuangan.
Kebijakannya adalah mulai April tahun depan. Kota Zushi ingin mendirikan yayasan untuk memberikan dukungan permanen untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, dan Walikota Satoru Kirigaya berkata, "Saya hanya bersyukur. Saya pikir ada beberapa keluarga yang harus menyerah untuk sekolah akibat Corona, jadi hal ini tentu sangat menggembirakan."
Dukungan secara finansial kaum muda yang sangat baik yang tinggal di kota, akan menjadi beasiswa jenis manfaat yang tidak memerlukan pembayaran kembali.
Selama ini Beasiswa mulai SMA di Jepang berupa student loan yang harus dikembalikan setelah siswa bekerja mendapatkan penghasilan.
Sumbangan Beasiswa ini juga diberikan Pandan College sekolah bahasa Jepang yang bermarkas di Tokyo Jepang khususnya bagi para murid SD di Indonesia bisa ditanyakan ke : info@sekolah.biz
Beasiswa tersebut diberikan oleh Toshizo Watanabe (72), mantan pengusaha dari kota yang sama yang tinggal di Amerika Serikat.
Watanabe kehilangan ayahnya ketika dia masih kecil dan melanjutkan ke Universitas Keio menggunakan beasiswa yang ada di Kota Zushi pada waktu itu.
Ditransfer ke Universitas Brandeis di Massachusetts dan lulus saat bersekolah. Setelah itu, ia memulai bisnis setelah bekerja untuk perusahaan afiliasi asing, dan berhasil dalam bisnis pendidikan dan konsultasi.
Berdasarkan pengalamannya sendiri, setelah pensiun dari bisnis pada usia 56, ia telah mendirikan yayasan pendidikan di Amerika Serikat dan Islandia untuk mendukung kaum muda belajar di luar negeri.
Bahkan di Kota Zushi, tempat dia lahir dan besar, dia diminta untuk menyumbang awal tahun ini, dengan mengatakan bahwa dia ingin memberikan dukungan keuangan kepada orang-orang muda yang bercita-cita tinggi, dan kota itu telah mempersiapkan benih-benih muda untuk bisa menjadi pemimpin di masa depan.