TRIBUNNEWS.COM - Taliban memberikan klaim bahwa telah sepakat bekerja sama dengan perusahaan farmasi Australia bernama Cpharm, untuk mendirikan pabrik pengolahan ganja.
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Pers Taliban Qari Saeed Khosty.
Dikutip dari The Daily Star, kontrak telah ditandatangani, dan proyek tersebut diharapkan akan beroperasi dalam beberapa hari.
Dalam keterangan dari pihak Taliban, disebutkan perwakilan perusahaan Cpharm telah bertemu dengan wakil menteri Taliban untuk urusan narkotika, pada hari Selasa (23/11/2021).
Bahkan disebut terdapat kesepakatan investasi sebesar USD 450 juta, atau sekitar Rp 6 triliun lebih, menurut kantor Berita Afghanistan Pajhwok.
Baca juga: Taliban Sarankan TV Tidak Menampilkan Aktris
Baca juga: Taliban Larang Wanita Tampil dalam Drama TV Afghanistan
Bahkan disebut dalam pertemuan tersebut terdapat bahasan terkait krim obat ganja, dan akses ribuan hektar lahan pertanian ganja Afghanistan.
Dibantah Cpharm Australia
Namun hal berbeda dikatakan oleh Cpharm Australia.
Perusahaan itu mengatakan bahwa tidak pernah berbicara dengan Taliban.
Juga tidak memiliki transaksi di luar negeri bahkan melibatkan ganja, kata perusahaan itu, dikutip dari Al Arabiya.
"Kami hanya mencoba mencari tahu apa yang akan kami lakukan untuk menghentikannya," kata kepala keuangan Cpharm Australia, Tony Gabites.
“Kami mungkin menerima 40 atau 50 panggilan hari ini. Itu di luar kendali dan itu semua bohong.”
Gabites menduga laporan itu berasal dari sebuat cuitan di twitter dari akun terkait Taliban yang menyebut sebuah perusahaan bernama Cpharm bekerja sama dengan Taliban.
Gabites menambahkan kalau perusahaan bisa mengambil langkah hukum jika berita yang beredar merugikan bisnis mereka karena salah melaporkan dan dikaitkan dengan Taliban.