News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PM Ukraina Menuduh Rusia Berada di Balik Upaya Kudeta Terhadap Pemerintah

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal pada Selasa (30/11/2021) menuduh Rusia sepenuhnya berada di balik apa yang disebutnya sebagai upaya untuk mengorganisir kudeta untuk menggulingkan pemerintahan pro-Barat di Kyiv.

Pada Jumat (26/11/2021) lalu, Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan Ukraina telah menemukan plot untuk menggulingkan pemerintahannya minggu ini.

Zelensky  mengatakan persekongkolan itu melibatkan individu-individu dari Rusia, tetapi dia tidak mengatakan apakah dia yakin Kremlin berada di balik plot tersebut.

Kremlin telah membantah peran apa pun dalam plot kudeta.

Rusia juga menolak tuduhan lain yang tidak berdasar bahwa mereka berusaha untuk mengacaukan Ukraina, sesama bekas republik Soviet.

Baca juga: Ukraina Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan dengan Rusia

Baca juga: Menlu AS dan Prancis Bahas soal Aktivitas Militer Rusia di Perbatasan Ukraina

"Kami memiliki data rahasia yang menunjukkan niat khusus (untuk memicu kudeta)," kata Shmygal, mengutip pihak intelijen.

Ditanya apakah negara Rusia berada di belakangnya, dia berkata: "Tentu saja."

Dia juga mengatakan peningkatan militer Rusia di perbatasan Ukraina, yang kedua sejak Mei, adalah bagian dari upaya Rusia untuk merusak upaya Ukraina bergabung dengan Uni Eropa.

Shmygal berada di Brussel untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat tinggi Uni Eropa.

"Mereka sedang mempersiapkan sesuatu," kata Shmygal tentang Rusia, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Baca juga: Jerman, Prancis, dan Rusia Akan Gelar Pertemuan Puncak Bahas Konflik Ukraina

Baca juga: Ukraina Sebut Nord Stream 2 Senjata Geopolitik Berbahaya

Menurutnya, intelijen Ukraina telah menangkap kegiatan "kekuatan luar" yang mencoba mempengaruhi oposisi politik di dalam negeri untuk memicu pemberontakan dan kudeta.

Zelenskiy, mantan aktor yang pernah berperan sebagai presiden fiktif dalam sitkom populer, berkuasa dengan kemenangan telak dalam pemilihan umum pada tahun 2019 meskipun popularitasnya telah jatuh setelah 2,5 tahun berkuasa.

Tapi Shmygal mengatakan tidak ada suasana revolusioner dalam masyarakat Ukraina.

“Kami memahami ada pengaruh dari luar untuk melakukan protes di Kyiv, untuk membuat mereka lebih kuat. Dinas rahasia kami melakukan penyelidikan khusus,” katanya.

Shmygal juga mengatakan pemecatan minggu ini terhadap Oleksandr Rusnak, kepala departemen kontra-intelijen Layanan Keamanan Ukraina (SBU), tidak terkait.

Baca juga: Ukraina Perintahkan Pelancong dari Negara yang Deteksi Omicron Lakukan Karantina Mandiri 14 Hari

Baca juga: Rusia Klaim Berhasil Uji Coba Rudal Hipersonik Zirkon Lagi, Mampu Hindari Pertahanan Udara Musuh

Dia mengatakan aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan UE adalah salah satu alasan utama untuk apa yang dia katakan adalah agresi Rusia, serangan hibrida, pembangunan militer di perbatasannya dan pencaplokan Krimea oleh Moskow pada 2014.

Ukraina juga telah memerangi pemberontakan pro-Rusia di timur negara itu sejak 2014.

Ukraina menggulingkan presiden yang didukung Rusia pada Februari 2014 dalam pemberontakan pro-Eropa.

Bersama dengan Moldova dan Georgia, mereka mengharapkan janji hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa pada pertemuan puncak khusus "Kemitraan Timur" bulan depan.

Menurut Shmygal, Uni Eropa dan para pemimpin Barat lainnya terlibat dalam tarik-menarik geopolitik dengan Rusia untuk mendapatkan pengaruh di Ukraina dan dua republik bekas Soviet lainnya, Moldova dan Georgia.

Baca juga: Tentara Wanita akan Baris Pakai High Heels, Kementerian Pertahanan Ukraina Dikecam

Mereka melakukannya  melalui pengaturan perdagangan, kerja sama dan perlindungan. “Ukraina juga mencari lebih banyak dukungan militer dari Amerika Serikat,” kata Shmygal.

"Ini adalah salah satu alasan utama serangan hibrida dari pihak Rusia, karena kami sangat ingin diintegrasikan ke Eropa, memiliki standar hidup Eropa, negara-negara beradab," katanya.

“Itulah sebabnya kami memiliki semua serangan hibrida, serangan dunia maya, serangan militer fisik, wilayah pendudukan, disinformasi untuk menghambat aspirasi Eropa Ukraina.,” katanya. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini