TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Amerika Serikat dan Israel diperkirakan pada hari Kamis (9/12/2021) akan membahas kemungkinan latihan militer kedua negara.
Dilansir dari Aljazeera, pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters bahwa latihan militer itu untuk mempersiapkan skenario terburuk untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran jika diplomasi gagal dan jika pemimpin kedua negara menghendakinya.
Pejabat yang tidak disebutkan namanya, Rabu (8/12/2021) mengatakan rencana pembahasan itu dilakukan dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz yang kini sedang berkunjung.
Rencana pembahasan juga dilakukan setelah brifing Pentagon kepada Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan 25 Oktober lalu.
Saat itu disebutkan sejumlah alternatif untuk menjamin Iran tidak mengembangkan senjata nuklirnya.
Baca juga: Iran: Pembicaraan Nuklir Takkan Terpengaruh Sanksi AS
Baca juga: Iran Tembakkan Rudal Pertahanan Udara Dekat Fasilitas Nuklir Natanz, Sebut Sebagai Uji Coba
Sejauh ini, Iran membantah berusaha membuat senjata nuklir, dengan mengatakan ingin menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Dilansir dari Russia Today, laporan siaran Israel, Kan, Rabu (8/12/2021) kemarin menyebutkan bahwa latihan militer itu kemungkinan melibatkan “lusinan” pesawat tempur, termasuk F-35, F-16, F-15, pesawat pengintai dan tanker isi ulang.
Disebutkan, Latihan itu akan dilakukan di Mediterania sebagai simulasi jarak yang akan dilewati jet tempur untuk melancarkan aksinya terhadap fasilitas nuklir Iran, sekitar 1.000 km.
Persiapan pertemuan AS-Israel ini menegaskan kekhawatiran Barat tentang pembicaraan nuklir yang alot dengan Iran.
Presiden Joe Biden berharap pembicaraan nuklir dengan Iran akan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang ditangguhkan Donald Trump.
Baca juga: Inggris dan Israel Sepakat Cegah Iran Memperoleh Senjata Nuklir
Baca juga: PM Israel Sambangi Rusia Bahas Program Nuklir Iran
Pejabat AS itu menolak untuk memberikan rincian tentang latihan militer potensial.
“Kami berada dalam masalah ini karena program nuklir Iran maju ke titik di mana ia memiliki alasan konvensional,” kata pejabat itu.
Kedutaan Israel di Washington dan misi Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pejabat Uni Eropa yang memimpin pembicaraan mengatakan mereka akan melanjutkan pada hari Kamis, dan utusan khusus AS untuk Iran berencana untuk bergabung dengan mereka selama akhir pekan.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan lalu mengatakan bahwa Iran telah memulai proses pengayaan uranium hingga kemurnian 20 persen dengan satu kaskade, atau cluster, dari 166 mesin IR-6 canggih di pabrik Fordow, yang digali ke dalam gunung.
Baca juga: Iran Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir Pekan Ini
Baca juga: Timur Tengah: Ancaman serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran meningkat
Perjanjian 2015 memberi Iran kelonggaran dari sanksi global tetapi memberlakukan batasan ketat pada kegiatan pengayaan uraniumnya.
Pakta itu sama sekali tidak mengizinkan Iran untuk memperkaya uranium di Fordow, apalagi dengan sentrifugal canggih.
Direktur Badan Intelijen Pusat Bill Burns mengatakan pada hari Senin lalu bahwa CIA tidak percaya pemimpin tertinggi Iran telah memutuskan untuk mengambil langkah-langkah untuk mempersenjatai perangkat nuklir.
Namun ia mencatat kemajuan dalam kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, satu jalur ke bahan fisil untuk sebuah bom.
Burns memperingatkan bahwa, bahkan jika Iran memutuskan untuk melanjutkan, itu masih membutuhkan banyak pekerjaan untuk mempersenjatai bahan fisil itu sebelum memasang senjata nuklir ke rudal atau sistem pengiriman lainnya.
Baca juga: Moskow: Pesawat Pengebom Bersenjata Nuklir AS Berlatih Menghadapi Rusia,
Baca juga: Sistem Pertahanan Udara S-550 Milik Rusia Diklaim Mampu Jatuhkan Hulu Ledak Nuklir
“Tapi mereka semakin menguasai siklus bahan bakar nuklir dan itulah jenis pengetahuan yang sangat sulit untuk dihilangkan atau dihilangkan,” katanya.
Para pejabat AS juga telah lama khawatir tentang kemampuan Amerika untuk mendeteksi dan menghancurkan komponen-komponen yang tersebar dari program persenjataan nuklir Iran begitu bahan fisil yang cukup untuk sebuah bom diproduksi. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)