TRIBUNNEWS.COM - Korban tewas akibat Topan Rai yang melanda Filipina pada Kamis (16/12/2021) terus bertambah.
Badan Bencana Nasional Filipina melaporkan sedikitnya 21 orang ditemukan meninggal dunia, Sabtu (18/12/2021).
Lebih dari 300.000 orang mengungsi, meninggalkan rumah dan resor tepi pantai mereka setelah Topan Rai melanda wailayah selatan dan tengah negara itu.
Jaringan komunikasi dan listrik di banyak daerah juga terputus karena Topan Rai telah 'merobek' atap bangunan dan merobohkan tiang listrik beton.
Gangguan listrik itu akan mempengaruhi pasokan air, meningkatkan kekhawatiran tentang kebersihan dan penyakit.
Baca juga: Resmi Beroperasi, Pelabuhan Patimban Ekspor Perdana 1.209 Kendaraan ke Filipina
Adapun daerah yang komunikasinya terputus di antaranya di Siargao dan di kota terdekat Surigao, yang berada di ujung utara pulau selatan Mindanao.
Ada sekitar 100.000 penduduk di Siargao, tetapi populasinya membengkak karena banyak pengunjung yang datang untuk berwisata dan berselancar.
"Telah terjadi kerusakan parah di pulau Siargao dan ujung utara pulau selatan Mindanao," kata Mark Timbal, juru bicara Badan Bencana Nasional.
Penjaga Pantai Filipina telah membagikan foto di media sosial yang menunjukkan kehancuran yang meluas di sekitar Kota Surigao.
Sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya cedera dalam badai tersebut, kata Wali Kota Surigao Ernesto Matugas kepada penyiar ABS-CBN.
Baca juga: Topan Rai Melanda Filipina, Ribuan Warga Dievakuasi
Nilo Demerey, Wakil Gubernur Dinagat, sebuah pulau dekat Siargao, mengatakan sedikitnya enam orang tewas di sana.
"Odette (Topan Rai) sangat kuat," kata Demerey kepada ABS-CBN, menggunakan nama lokal untuk topan tersebut.
Warga di pulau berpenduduk sekitar 128.000 orang itu berusaha memperbaiki rumah mereka karena bahkan pusat evakuasi kami dirobohkan.
"Mereka tidak bisa mencari perlindungan di tempat lain semuanya hancur," katanya seperti dikutip Channel News Asia.
"Pulau Siargao, Surigao, dan Dinagat semuanya mengalami nasib yang sama, kami meminta bantuan," lanjutnya.
Lebih dari 18.000 personel militer, polisi, penjaga pantai dan pemadam kebakaran akan bergabung dalam upaya pencarian dan penyelamatan di daerah yang terkena dampak paling parah, kata Timbal.
Sebagai informasi, Rai adalah topan yang menerjang pulau wisata populer Siargao dengan kecepatan angin maksimum 195 kilometer per jam.
Kecepatan anginnya berkurang menjadi 150 kilometer per jam saat meluncur di seluruh negeri.
Topan Rai menyebabkan hujan deras yang membanjiri desa-desa, menumbangkan pohon dan menghancurkan struktur kayu.
"Ini memang salah satu badai paling kuat yang melanda Filipina pada bulan Desember dalam dekade terakhir," kata Alberto Bocanegra, kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Filipina.
Baca juga: Rodrigo Duterte Mundur dari Pemilihan Senat Filipina
"Informasi yang kami terima dan gambar yang kami terima sangat mengkhawatirkan," lanjutnya.
Setelah menerjang Pulau Palawan, Topan Rai muncul di atas Laut Cina Selatan pada hari Sabtu dan menuju ke Vietnam, kata peramal cuaca negara.
Topan Rai melanda Filipina di akhir musim topan, yang kebanyakan siklon biasanya berkembang antara Juli dan Oktober.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menjadi lebih kuat dan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang didorong oleh ulah manusia.
Filipina merupakan salah satu negara paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim.
Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang biasanya menggagalkan panen, merusak rumah dan infrastruktur di daerah.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)