TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara resmi mencabut pembatasan perjalanan di delapan negara Afrika Selatan, pada Selasa (28/12/2021).
Delapan negara yang dimaksud antara lain Botswana, Zimbabwe, Namibia, Lesotho, Eswatini, Mozambik, dan Malawi.
Pembatasan perjalanan mulai diberlakukan bulan lalu untuk memperlambat penyebaran varian virus Corona jenis baru, Omicron.
Biden menegaskan pembatasan itu tidak lagi diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Baca juga: Omicron Terdeteksi di Malaysia, Masuk Lewat Orang Asing dari Afsel, Bagaimana Antisipasi Indonesia?
Baca juga: POPULER Internasional: Dokter Austria Salah Amputasi Kaki | Afsel Kritik Pembatasan Sejumlah Negara
Melansir Al Jazeera, larangan itu akan dicabut pada Jumat (31/12/2021) pukul 12:01 (05:01 GMT).
Pemerintahan Biden telah mengumumkan niatnya untuk membatalkan pembatasan perjalanan akhir pekan lalu, ketika pejabat kesehatan mengumumkan Omicron telah menjadi jenis virus yang dominan di negara itu.
“Yang penting, para ahli ilmiah telah menentukan bahwa orang yang divaksinasi terhadap COVID-19 dilindungi dari penyakit parah dan rawat inap dari varian Omicron,” kata Biden dalam keputusan Selasa.
Apalagi varian Omicron kini telah menyebar ke lebih dari 100 negara, dan sudah lazim di Amerika Serikat.
AS dan banyak negara di seluruh dunia memberlakukan larangan perjalanan di negara-negara Afrika selatan pada akhir November setelah varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Baca juga: Kasus Covid-19 Afsel Berlipat Ganda dalam Sehari Sejak Temuan Omicron,Hasil Tes Positif Naik 16,5%
Baca juga: Mengenal Omicron, Varian Baru Virus Covid-19 Asal Afsel yang Disebut Sangat Mengkhawatirkan
Varian yang menjadi perhatian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan strain Omicron sebagai "varian yang menjadi perhatian " pada 26 November.
WHO mengatakan awal bulan ini ada "bukti yang konsisten" bahwa Omicron menyebar "secara signifikan lebih cepat" daripada varian Delta yang sebelumnya dominan.
“Kemungkinan besar orang yang divaksinasi atau pulih dari COVID-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi ulang,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca juga: Dirjen WHO Beri Semangat 3 Member BTS Usai Dinyatakan Positif Covid-19
Baca juga: Pemerintah Sebut Indonesia Telah Capai Target Vaksin Covid-19 Sesuai Rekomendasi WHO
Tetapi para peneliti di Afrika Selatan dan Inggris mengatakan penelitian mereka menunjukkan bahwa varian baru menyebabkan gejala yang lebih ringan dan risiko rawat inap yang lebih rendah daripada jenis Delta.
WHO telah memperingatkan terhadap pembatasan perjalanan setelah varian Omicron diidentifikasi, mengatakan bahwa tindakan tersebut menimbulkan tantangan bagi kerja sama global melawan virus.
Pada awal Desember, Tedros menyarankan agar "larangan perjalanan selimut", yang katanya "memberi beban berat pada kehidupan dan mata pencaharian".
Baca juga: Di Luar Negeri Cakupan Vaksin Tinggi tapi Kasus Penularan Juga Meningkat, Apa Penjelasan WHO?
Baca juga: WHO Soroti Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia
Di AS, varian Omicron telah menyebar dengan cepat meskipun ada pembatasan perjalanan.
Pada Selasa (28/12/2021), data baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan bahwa Omicron menyumbang 58,6 persen dari infeksi COVID-19 baru selama seminggu terakhir.
Infeksi telah meningkat di seluruh AS, dengan negara bagian termasuk New York dan Maine mencatat rekor jumlah infeksi baru dalam tujuh hari terakhir.
Pada Senin (27/12/2021), CDC mempersingkat rekomendasi karantina untuk pasien tanpa gejala yang dites positif COVID-19 dari 10 menjadi lima hari.
Baca juga: CDC Tambahkan 3 Tujuan Wisata Eropa ke Kategori Risiko Perjalanan Tinggi
Baca juga: CDC AS Pangkas Masa Karantina Covid-19 dari 10 Hari Jadi 5 Hari
“Pembaruan ini memastikan orang dapat dengan aman melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka,” kata Direktur CDC Rochelle Walensky dalam sebuah pernyataan.
“Pencegahan adalah pilihan terbaik kami: dapatkan vaksinasi, dapatkan dorongan, kenakan masker di tempat umum di dalam ruangan di area transmisi komunitas yang substansial dan tinggi, dan lakukan tes sebelum Anda berkumpul.”
Berita lain terkait Larangan Perjalanan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)