TRIBUNNEWS.COM - Polisi Italia menggerebek 15 rumah pria muda dan tiga anak laki-laki yang diduga terlibat penyerangan seksual saat Malam Tahun Baru di Milan.
Dilansir The Guardian, sejauh ini ada sembilan wanita yang melapor ke polisi bahwa mereka diserang secara seksual di depan Katedral Milan di Piazza del Duomo.
Polisi mengatakan, 18 tersangka itu rata-rata berusia 15-21 tahun dan ada oknum WNA asal Afrika Utara.
Penggerebekan dilakukan pada Selasa (11/1/2022) pagi di rumah para pelaku di wilayah Milan dan Turin.
Para korban pelecehan, termasuk dua warga Jerman yang mengunjungi Milan di Tahun Baru, melaporkan insiden mengerikan itu setelah perayaan hingga pada Selasa terkumpul sembilan korban.
Baca juga: FAKTA-FAKTA Kru Film Penyalin Cahaya Disebut Jadi Pelaku Pelecehan Seksual hingga Namanya Dihapus
Baca juga: Alasan Herry Wirawan Dituntut Hukuman Mati, Masuk Kategori Kejahatan Kekerasan Seksual
Namun, polisi yakin masih banyak korban yang belum melapor.
Ke-18 orang itu berhasil diidentifikasi berdasarkan rekaman CCTV, akun para korban dan saksi, serta analisis postingan media sosial.
Para korban rata-rata mengalami kejadian yang sama, yakni diseret di tengah kerumunan, didorong, dan diraba-raba selama pertunjukan kembang api.
Seorang korban (19), mengaku diserang sekelompok pria sekira pukul 1.30 dini hari.
Ia mengalami penyerangan seksual setidaknya selama satu menit, sampai bantuan tiba.
Sementara, temannya berhasil kabur dari para pelaku.
Dua wanita asal Jerman mengaku didorong ke arah penghalang dan diserang secara seksual.
Mereka mengajukan laporan setelah kembali ke Jerman.
Salah satunya mengklaim polisi tidak menanggapi teriakan minta tolong.
Di sebuah video, nampak korban berusaha melarikan diri dari penyerangan itu.
"Saya menyadari mereka menyentuh saya dan kami ingin melarikan diri, tetapi jumlah mereka terlalu banyak," kata salah satu wanita Jerman kepada kantor berita Italia, Ansa.
Seorang wanita muda menderita luka goresan ketika jumpernya robek dan celananya ditarik ke bawah.
Selebihnya, para korban mengaku diserang di jalan dekat alun-alun.
Insiden ini memicu perdebatan politik, di mana partai sayap kanan menyerukan agar anggota dewan kota untuk keamanan, Marco Granelli, diberhentikan.
Buntutnya, kasus ini dibanding-bandingkan dengan insiden Cologne di Jerman.
Lebih dari 1.000 pria muda kebanyakan berasal dari Afrika utara, melancarkan serangan seksual, pemerkosaan, dan perampokan di dekat katedral.
Baca juga: Puluhan Balita Mengalami 91 Kali Pelecehan di Pusat Perlindungan Anak, Diungkap Kepolisian Hong Kong
Baca juga: Mengenal Kebiri Kimia, Hukuman bagi Pelaku Kekerasan Seksual pada Anak
Polisi Cologne dituduh gagal menanggapi serangan tersebut.
Insiden ini juga memicu tuduhan bahwa media nasional sengaja menutup-nutupi peristiwa Malam Tahun Baru atau sengaja tidak melaporkannya, karena takut mendorong sentimen anti-imigran atau anti-pengungsi.
Ini lantaran media cenderung lambat melaporkan kejadian pelecehan tersebut.
Lebih dari 1.200 wanita diserang, 24 di antaranya mengaku diperkosa.
Serangan itu dikutuk oleh kanselir saat itu, Angela Merkel, sebagai "keji".
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)