Penggusuran rumah tersebut memicu kritik dari aktivis hak asasi dan diplomat.
Keluarga Palestina Digusur
Mahmoud Salhiyeh mengancam akan meledakkan rumahnya dengan tabung gas jika ia dan keluarganya dipaksa keluar dari kediamannya di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, Senin (17/1/2022).
Salhiyeh mengaku ia dan keluarganya telah tinggal di rumah tersebut selama beberapa dekade.
Anggota keluarga dan aktivis berjaga-jaga di dalam dan di atas bangunan sampai polisi bersenjata membersihkan lokasi sebelum fajar pada Rabu.
Baca juga: Sederet Artis Internasional Dukung Emma Watson, Menentang Israel Yang Menggusur Warga Palestina
Baca juga: Penjelasan Kemenlu RI Soal Pemberitaan Jerusalem Post yang Sebut Delegasi Indonesia Datang ke Israel
Seorang penggali mekanis kemudian menghancurkan properti itu, meninggalkan gundukan puing-puing dan barang-barang pribadi yang dipindahkan beberapa jam kemudian.
Polisi Israel mengatakan keluarga itu telah diberi kesempatan untuk menyerahkan tanah itu sejak perintah evakuasi pada 2017.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyebut pembongkaran itu sebagai "kejahatan perang".
Ia mendesak Washington memaksa pemerintah Israel untuk menghentikan pembersihan terhadap warga Palestina.
Hal serupa digaungkan Inggris, yang mengatakan penggusuran tersebut bertentangan dengan hukum humaniter internasional.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)