TRIBUNNEWS.COM – Virus Corona varian Omicron menyebabkan rekor terjadinya jumlah infeksi Covid-19, kunjungan ke ruang gawat darurat (IGD), dan rawat inap di rumah sakit selama tujuh hari awal bulan ini.
Ini diungkapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada Selasa (25/1/2022).
Namun CDC juga menyatakan bahwa total pasien yang dirawat di ruang intensif rumah sakit dan kematian akibat virus Omicron ini lebih rendah dari puncak pandemi lainnya, sewaktu varian Delta dominan.
Selama tujuh hari hingga Sabtu (15/1/2022), sebut CDC, tercatat rata-rata hampir 800 ribu kasus Covid-19, lebih dari 48 ribu kunjungann ke IGD, dan hampir 22 ribu penerimaan rumah sakit dalam satu hari di seluruh AS.
Dilansir dari UPI, CDC menyebutkan bahwa, angka-angka ini adalah yang tertinggi untuk periode tujuh hari sejak pandemi dimulai pada Maret 2020.
Baca juga: Studi CDC: Omicron 91 Persen Lebih Kecil Kemungkinannya untuk Berakibat Fatal Dibandingkan Delta
Baca juga: CDC: Booster Pfizer, Moderna Efektif Lawan Omicron hingga 90 Persen
Namun dikatakan, jumlah rata-rata kematian per hari akibat virus Omicron pada minggu itu tercatat hampir 1.900.
Angka ini lebih rendah dari tingkat yang dilaporkan selama gelombang Delta, yang dimulai musim semi lalu.
Selain itu, sekitar 30 persen dari kapasitas ICU rumah sakit di seluruh AS diisi oleh pasien Covid-19. Ini menunjukkan persentase yang lebih rendah dari kasus oleh varian Delta.
"Munculnya varian Omicron pada Desember 2021 menyebabkan peningkatan substansial dalam kasus Covid-19 di Amerika Serikat," tulis para peneliti CDC.
Namun, terlepas dari tekanan pada sistem perawatan kesehatan, "keparahan penyakit tampaknya lebih rendah dibandingkan dengan periode penularan penyakit yang tinggi sebelumnya," kata mereka.
Baca juga: CDC Prediksi 62.000 Warga Amerika Serikat Meninggal Akibat Covid-19 Selama Bulan Depan
Baca juga: Studi CDC Menunjukkan Masa Inkubasi Varian Omicron Hanya 3 Hari
Varian Omicron dari Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November.
Meskipun lebih menular daripada jenis sebelumnya, data dari negara Afrika menunjukkan bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih ringan.
Meski begitu, para ahli kesehatan masyarakat khawatir bahwa dengan semakin banyak orang jatuh sakit, varian baru ini masih dapat membanjiri sistem perawatan kesehatan di Amerika Serikat.
Data CDC baru membandingkan kasus, rawat inap, dan kematian selama gelombang Omicron, dari 19 Desember hingga 15 Januari, dengan puncak gelombang Corona lainnya, termasuk yang disebabkan oleh varian Delta, dari 25 Agustus hingga 1 September. .
Disebutkan, selama puncak gelombang musim dingin 2020-21, dari 1 Januari hingga 21 Januari tahun lalu, hingga 250.000 kasus dilaporkan setiap hari, dengan hampir 16.500 orang dirawat di rumah sakit per hari karena virus tersebut.
Baca juga: Risiko Tinggi Covid-19, CDC Amerika Serikat Tambah 22 Negara Masuk Daftar Avoid Travel
Baca juga: Covid Mengamuk, CDC Imbau Masyarakat Tak Bepergian Pakai Kapal Pesiar
Selain itu, sebut CDC, lebih dari 3.400 kematian juga dilaporkan setiap hari di seluruh negeri.
Pada puncak gelombang Delta musim gugur yang lalu, ada lebih dari 164.000 kasus yang dilaporkan setiap hari, dengan lebih dari 12.000 rawat inap setiap hari dan lebih dari 1.900 kematian yang dilaporkan.
Selama ada kasus Omicron hingga 15 Januari, kata CDC, tercatat hampir 798.976 kasus yang dikonfirmasi setiap hari dan hampir 21.586 rawat inap setiap hari.
Namun, kematian harian rata-rata 1.854, lebih rendah dari kedua gelombang sebelumnya, katanya.
"Meskipun tingkat keparahan penyakit tampak lebih rendah dengan varian Omicron, tingginya volume rawat inap dapat membebani sistem perawatan kesehatan lokal dan rata-rata jumlah kematian harian tetap substansial," tulis para peneliti CDC.
Baca juga: Buntut Temuan Omicron, CDC Rekomendasikan Usia 18 Tahun ke Atas Wajib Divaksin Booster
"Ini menggarisbawahi pentingnya kesiapsiagaan darurat nasional, khususnya, kapasitas lonjakan rumah sakit dan kemampuan untuk mengatur sistem perawatan kesehatan lokal secara memadai," kata mereka. (Tribunnews.com/UPI/Hasanah Samhudi)