TRIBUNNEWS.COM - Selama hampir dua dekade, pria yang dikenal dengan nama Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi disebut-sebut sebagai tokoh sentral dalam organisasi terorisme ISIS.
Pria 46 tahun ini banyak ambil bagian dalam organisasi, dari pejuang hingga tahanan, ahli strategi hingga pemimpin, The Guardian melaporkan.
Al-Qurayshi lahir dengan nama Amir Mohammed Abdul Rahman al-Mawli al-Salbi di distrik Mahalabiya Irak utara.
Ia tewas dalam serangan pasukan khusus AS di Suriah pada hari Kamis (3/2/2022).
Sebelumnya, al-Qurayshi memainkan peran utama dalam genosida Yazidi, yang menyebabkan tewasnya ribuan pria serta perbudakan wanita dan anak perempuan.
Baca juga: Pemimpin ISIS Ledakkan Diri saat Dikepung Tentara AS, Joe Biden Menyebutnya Pengecut
Baca juga: Biden: Pemimpin ISIS Tewas dalam Serangan AS di Suriah
Al-Qurayshi terlibat dalam penggulingan Mosul pada pertengahan 2014.
Keberhasilannya melumpuhkan sebuah wilayah dan tentara dua negara.
Ia juga mengatur pembunuhan massal terhadap warga sipil Syiah dan anggota pasukan keamanan.
Seperti kebanyakan pemimpin ISIS, Qurayshi pernah bertugas di militer di bawah Saddam Hussein.
Di sana ia menjadi perwira dan belajar hukum syariah.
Jalannya menuju kepemimpinan ISIS dimulai saat ia dipenjara di penjara AS Camp Bucca di Irak selatan.
Di sana ia bertemu pendahulunya, Abu Bakr al-Baghdadi dan orang lain yang kemudian akan membantunya untuk mencapai posisi senior.
Seperti alumni Bucca lainnya, al-Quraisy mengasah keterampilannya di sudut kota-kota Irak setelah dibebaskan.
Pada saat Mosul jatuh, al-Quraisy menjadi salah satu penasihat paling terpercaya Baghdadi, bersama dengan beberapa sosok berpengalaman lainnya yang membantu membentuk jalannya konflik di Irak dan Suriah.