News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

AS Desak Korea Utara untuk Fokus pada Kebutuhan Rakyat, Bukan Program Nuklir dan Rudal Balistik

Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Linda Thomas-Greenfield

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) mendesak Korea Utara untuk menghentikan program nuklir dan rudal balistik, dan lebih memprioritaskan kebutuhan rakyatnya.

Desakan itu disampaikan Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Linda Thomas-Greenfield dalam pertemuan Dewan Keamanan.

"Kami menyerukan DPRK untuk menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan rakyatnya sendiri dengan menghormati hak asasi manusia, menggunduli program WMD (senjata pemusnah massal) dan misil balistiknya yang melanggar hukum, dan memprioritaskan kebutuhan rakyatnya sendiri," kata Greenfield seperti dikutip Channel News Asia.

Dalam hal ini DPRK yang dimaksud adalah Republik Rakyat Demokratik Korea yang merupakan nama resmi Korea Utara.

Korea Utara telah berada di bawah sanksi PBB sejak 2006 atas program nuklir dan rudal balistiknya.

Baca juga: PBB: Korea Utara Kembangkan Program Nuklir, Dapat Untung dari Serangan Siber Pertukaran Kripto

Pada bulan November, Rusia dan China kembali menggaungkan tujuan mereka pada 2019 untuk meringankan sanksi PBB terhadap Korea Utara dalam apa yang mereka sebut sebagai upaya untuk memperbaiki situasi kemanusiaan.

Langkah itu mendapat sedikit dukungan atau keterlibatan di antara anggota dewan, sehingga China dan Rusia belum memberikan suara.

"Jika dewan memikirkan warga Korea biasa dan bukan hanya geopolitik, maka proposal ini memerlukan dukungan," kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy kepada dewan.

"Kami sangat yakin bahwa aparat sanksi Dewan Keamanan membutuhkan dosis humanisasi yang kuat."

Rusia dan China juga menggunakan pertemuan dewan pada hari Senin untuk mengecam sanksi sepihak, tanpa menyebutkan nama.

Baca juga: Setelah Lima Bulan Menghilang dari Publik, Istri Pemimpin Korea Utara Kembali Muncul

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan tentang negara-negara seperti itu memporak-porandakan.

"Mereka telah melemparkannya ke kiri, kanan, dan tengah dalam hiruk-pikuk, sedemikian rupa sehingga mereka tampaknya kecanduan," katanya.

Sementara itu, Greenfield mengatakan dia prihatin dengan upaya untuk mengkritik dan mendelegitimasi sanksi sepihak sebagai melanggar hukum dan AS dengan tegas menolak posisi itu.

Untuk diketahui, situasi keamanan Korea Utara terus memburuk, menurut kutipan dari laporan rahasia PBB yang dilihat pada hari Sabtu.

Situasi tersebut mungkin terutama karena blokade Covid-19 Korea Utara.

Orang-orang menonton layar televisi yang menunjukkan siaran berita dengan rekaman uji coba rudal Korea Utara, di stasiun kereta api di Seoul pada 27 Januari 2022. Ini uji coba keenam dilakukan Korut meski telah ada sanksi akibat rangkaian uji coba sebelumya. (AFP)

Tahun lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi krisis pangan.

Namun tahun ini, Korea Utara telah meluncurkan sejumlah uji coba rudal-nya.

Kabar terbaru mengatakan, rudal balistik jarak menegah yang diuji negara itu disebut mampu mencapai wilayah AS di Guam.

Uji coba rudal Hwasong-12 pada Minggu (30/1/2022) bertujuan untuk mengevaluasi rudal yang diproduksi serta menguji akurasinya.

Menurut laporan, kamera yang dipasang di hulu ledak rudal berhasil menangkap penampakan Bumi dari luar angkasa.

Baca juga: Rudal yang Diuji Coba Korea Utara Disebut Mampu Menjangkau Wilayah Guam Amerika Serikat

Akademi Ilmu Pertahanan disebut telah mengonfirmasi keakuratan, keamanan, dan efektivitas pengoperasian sistem senjata.

Korea Utara menyebut rudal itu diluncurkan ke arah perairan lepas pantai timur dengan sudut yang tinggi, untuk mencegahnya terbang melintasi area udara negara lain.

Korea Selatan dan Jepang mengatakan bahwa rudal yang baru diluncurkan Korea Utara terbang sekitar 800 kilometer dan mencapai ketinggian maksimum 2.000 kilometer sebelum mendarat di perairan Semenanjung Korea-Jepang.

Berdasarkan rincian penerbangan yang dilaporkan, rudal ini disebut yang paling kuat yang pernah diuji Korea Utara sejak 2017.

Baca juga artikel lain terkait Korea Utara

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini