News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pipa Gas di Lugansk Ukraina Terbakar, Otoritas Lokal Sebut terkait Dugaan Sabotase

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat. Pasukan Respons, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Moskow, mengatakan pada 17 Februari 2022 bahwa negaranya akan siap menyambut senjata nuklir jika ada ancaman dari Barat, di tengah krisis di Ukraina. (Photo by Russian Defence Ministry / AFP)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, LUGANSK - Kebakaran yang terjadi di pipa gas di Lugansk yang memproklamirkan diri 'merdeka dari Ukraina' kini hampir padam.

Otoritas lokal menyampaikan hal ini terkait dugaan sabotase yang dilakukan oleh Ukraina.

Dikutip dari laman Sputnik News, Sabtu (19/2/2022), melanggar Perjanjian Minsk, tentara Ukraina melancarkan serangan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri pada Kamis pagi.

Sementara itu, otoritas lokal memperingatkan bahwa Ukraina dapat memulai serangan skala penuh setiap saat.

Pada Sabtu pagi waktu setempat, Pusat Pengendalian dan Koordinasi Gabungan mengatakan bahwa pasukan Ukraina diduga menembaki kota Dokuchaevsk di LPR yang memproklamirkan diri, menembakkan total 40 granat.

Baca juga: Pentagon Ogah Tanggapi Laporan Evakuasi Warga Donbass ke Rusia

Di tengah aksi serangan itu, otoritas DPR-LPR mulai melakukan evakuasi warga sipil ke Rusia sejak Jumat kemarin, karena khawatir akan terjadinya agresi militer oleh pemerintah Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Jumat kemarin bahwa pihaknya sangat prihatin dengan memburuknya situasi di Donbass, karena warga sipil di sana harus menanggung penderitaan serta risiko kekerasan.

Tidak hanya itu, kementerian itu juga menegaskan bahwa aksi penembakan tersebut harus dihentikan.

Di sisi lain, NATO dilaporkan telah meningkatkan tingkat kesiapan tempur ribuan prajuritnya di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan Rusia.

Menurut media Jerman, NATO Response Force (NRF) harus siap untuk pindah ke zona konflik dalam waktu 7 hari, bukan 30 hari seperti rencana sebelumnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini