Hal tersebut disampaikan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Sebanyak 137 korban yang tewas adalah para warga sipil dan tentara militer.
Zelensky mengatakan, negaranya seperti dibiarkan sendiri dalam memerangi Rusia.
Dia menyebut korban tewas adalah "pahlawan" dalam sebuah video pidatonya pada Kamis (25/2/2020).
Selain korban tewas, Zelensky juga mengatakan ada 316 orang yang terluka.
"Mereka membunuh orang dan mengubah kota yang damai menjadi target militer. Itu busuk dan tidak akan pernah dimaafkan," kata Zelensky, merujuk pada pasukan Rusia, dikutip dari Al Jazeera.
Sementara, kondisi di Rusia juga tak kalah bergejolak.
Polisi Rusia menangkap hampir 1.400 orang dalam protes anti-perang yang digelar di kota-kota di seluruh negeri setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina.
"Lebih dari 1.391 orang telah ditahan di 51 kota," kata OVD-Info pada hari Kamis, yang melacak penangkapan pada demonstrasi oposisi.
Menurut data OVD-Info, lebih dari 700 orang ditangkap di Moskow dan sekitar 340 orang di kota terbesar kedua Saint Petersburg.
Invasi ke Ukraina ini terjadi setelah pemerintahan Putin bertindak keras terhadap pihak oposisi Rusia.
Sebagian besar pemimpin oposisi yang protes dibunuh, dipenjara atau dipaksa keluar dari negara itu.
Baca juga: Sikapi Invasi Rusia, Ukraina Persenjatai Semua Orang yang Bersedia Membela Negara
Baca juga: Serangan Militer Rusia ke Ukraina Bisa Picu Perang Dunia III
Seperti pemimpin oposisi yang dipenjara Alexey Navalny, yang biasa memobilisasi protes terbesar Rusia terhadap Putin, menjalani hukuman dua setengah tahun di sebuah penjara di luar Moskow.
Sejumlah aktivis Rusia menyerukan media sosial agar orang-orang turun ke jalan setelah Putin melancarkan serangan di Ukraina pada dini hari Kamis.