SWIFT rata-rata mencatat 42 juta pesan sehari pada tahun 2021.
Pesan itu termasuk pertukaran mata uang, perdagangan, dan lainnya, Bloomberg melaporkan.
Baca juga: Dampak Konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Termasuk Harga Minyak Mentah Terancam Melonjak
Baca juga: NATO Akhirnya Kerahkan Ribuan Pasukan dan 100 Jet ke Ukraina Usai Sempat Disindir Presiden Zelensky
Lalu bagaimana penghapusan Rusia dari SWIFT berdampak pada negara tersebut?
Membatasi Rusia dari SWIFT akan langsung merusak ekonomi negara.
Dalam jangka panjang, dapat memotong Rusia dari peta transaksi keuangan internasional, termasuk keuntungan dari produksi minyak dan gas, yang merupakan 40% dari pendapatan Rusia.
Iran kehilangan akses ke SWIFT pada tahun 2012 sebagai bagian dari sanksi atas program nuklirnya, meskipun banyak bank negara itu terhubung kembali ke sistem pada tahun 2016.
Vacroux mengatakan kepada NPR bahwa ketika Iran dikeluarkan dari SWIFT, mereka kehilangan setengah dari pendapatan ekspor minyak mereka dan 30% dari perdagangan luar negeri mereka.
Apa kata Ukraina?
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mendesak AS dan negara-negara lain untuk memutuskan Rusia dari sistem.
Dmytro Kuleba, menteri luar negeri Ukraina, mengunggah cuitan pada hari Kamis:
"Setiap orang yang sekarang meragukan apakah Rusia harus diblokir dari SWIFT harus memahami bahwa darah pria, wanita, dan anak-anak Ukraina yang tidak bersalah akan ada di tangan mereka juga."
Meski begitu, Biden mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis, bahwa langkah itu masih menjadi pilihan.
Tetapi dia menyebut bahwa langkah itu bukan sesuatu yang ingin diambil oleh seluruh Eropa saat ini.
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengatakan kepada wartawan bahwa memutuskan Rusia dari sistem SWIFT tidak boleh menjadi bagian dari paket sanksi kedua Uni Eropa terhadap Rusia, menurut beberapa laporan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)