TRIBUNNEWS.COM - Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut lebih dari 50.000 orang telah melarikan diri dari Ukraina.
Puluhan ribu orang telah meninggalkan Ukraina sejak awal invasi Rusia.
Badan pengungsi PBB telah membunyikan alarm pada hari Jumat (25/2/2022) ketika pasukan Rusia mendekati ibukota Ukraina, Kyiv.
Dikutip dari Aljazeera, operasi militer terbesar sejak Perang Dunia II ini telah menewaskan sedikitnya 130 orang.
Selain itu juga mengakibatkan ribuan warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga seperti Moldova, Rumania, dan Polandia.
"Lebih dari 50.000 pengungsi Ukraina telah meninggalkan negara mereka dalam waktu kurang dari 48 jam – mayoritas ke Polandia dan Moldova," kata kepala badan pengungsi PBB Filippo Grandi.
Baca juga: Dikuasai Rusia, Radiasi Nuklir di Chernobyl Mulai Meningkat
Direktur regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah, Afshan Khan mengatakan pada briefing PBB di Jenewa pihaknya sedang mempersiapkan eksodus pengungsi.
"Saat kita berbicara, ada serangan besar di Kyiv yang telah menciptakan ketakutan dan kepanikan besar di antara penduduk dengan keluarga yang benar-benar ketakutan, bergerak bersama anak-anak mereka ke kereta bawah tanah dan tem" kata Khan dalam briefing.
"Ini jelas merupakan momen yang menakutkan bagi anak-anak di seluruh negeri," tambahnya.
Khan juga mengatakan sedang mendirikan tempat penampungan untuk wanita dan anak-anak di sepanjang rute pelarian.
Administrasi bea cukai Slovakia mengatakan telah mengalami lonjakan kedatangan di perbatasan Slovakia-Ukraina.
Perbatasan yang berada di Vysne Nemecke terjadi antrian panjang pada Kamis (24/2/2022).
Menanggapi keadaan darurat, otoritas Slovakia telah mencabut semua pembatasan terkait COVID dan mengatakan mereka akan membuka lebih banyak penyeberangan perbatasan jika perlu.
"Saya berharap semuanya akan baik-baik saja dan dalam satu atau dua minggu, kami dapat kembali ke rumah," kata seorang warga Ukraina di kota perbatasan Ubla.
Polandia, yang sudah menjadi rumah bagi sekitar dua juta orang Ukraina telah mempersiapkan berbagai skenario.
Wakil Menteri Dalam Negeri Polandia Maciej Wsik mengatakan bahwa negaranya siap menampung hingga satu juta orang yang mencari perlindungan.
Pada hari Kamis, Warsawa mengatakan pihaknya berencana untuk membuka sembilan pusat penerimaan di sepanjang perbatasan.
Baca juga: Soal Konflik Rusia dan Ukraina, Pemerintah Indonesia Desak DK PBB Bertindak Cegah Situasi Memburuk
Jerman juga bersiap menerima pengungsi dari 200.000 hingga satu juta orang yang mungkin melarikan diri ke Uni Eropa.
"Kami akan menawarkan dukungan besar-besaran kepada negara-negara yang terkena dampak – terutama tetangga kami, Polandia – jika terjadi pergerakan pengungsi yang besar," kata Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser.
Walikota Berlin Franziska Giffey mengatakan bahwa ibu kota Jerman sedang mempersiapkan kedatangan para pengungsi.
"Untuk minggu depan, kami telah menetapkan tujuan untuk membahas implikasi nyata, persiapan apa yang dapat kami lakukan, terutama jika orang-orang melarikan diri dari situasi ini," kata Giffey.
Di Moldova, 4.000 pengungsi tiba pada hari Kamis, pemerintah mengerahkan pusat penempatan sementara di kota Palanca dan Ocnita.
"Perbatasan kami terbuka untuk warga Ukraina yang membutuhkan transit yang aman," kata Presiden Moldova Maia Sandu.
Hongaria juga mengatakan pihaknya mengirim pasukan tambahan ke perbatasan untuk mengelola gelombang masuk, termasuk dengan memberikan bantuan kemanusiaan.
Warga Ukraina juga dapat berpergian secara gratis dengan kereta api di Republik Ceko.
Mereka hanya perlu menunjukkan paspor saat pemeriksaan tiket, kata perusahaan kereta api milik negara Ceske Drahy, Jumat.
Sementara itu, para menteri dalam negeri dari negara-negara anggota UE akan mengadakan pertemuan mendesak pada hari Sabtu untuk membahas potensi gelombang besar pengungsi dari Ukraina.
Baca juga: 5 Fakta Baru Invasi Rusia ke Ukraina: NATO Kirim Pasukan hingga Muncul Negosiasi Hentikan Perang
5 fakta baru terkait invasi Rusia ke Ukraina yang dikutip Tribunnews dari APnews:
1. NATO Kirim Pasukan
NATO akhirnya merespons serangan Rusia kepada Ukraina di hari ketiga invasi.
Kepala NATO, Jens Stoltenberg mengatakan akan menerjunkan pasukan untuk pertama kalinya demi memperkuat pertahanan Ukraina dari invasi Rusia.
Stoltenberg memperingatkan bahwa invasi Rusia ini telah mengancam keamanan Eropa yang lebih luas di luar anggota non-NATO Ukraina.
Untuk itu, pasukan NATO dan kekuatan udara diterjukan di sisi timur Ukraina.
Dia mengatakan sekutu juga telah mengaktifkan rencana pertahanan.
Ribuan tentara NATO bahkan sudah bersiaga di darat, laut dan udara.
"Kemarin, sekutu mengaktifkan rencana pertahanan kami dan sebagai hasilnya, kami mengerahkan elemen Pasukan Respons NATO (NRF) di darat, di laut, dan di udara untuk lebih memperkuat postur kami dan untuk merespons dengan cepat segala kemungkinan."
"Kami memiliki lebih dari 100 jet dalam siaga tinggi, beroperasi di lebih dari 30 lokasi berbeda dan lebih dari 120 kapal dari utara hingga Mediterania," kata Stoltenberg.
"Ini untuk menjaga perdamaian untuk mencegah serangan dan untuk mencegah perang yang terjadi di Ukraina meluas ke negara sekutu NATO mana pun," tegasnya.
2. Gerilya Pasukan Rusia
Pasukan militer Rusia mengatakan, mereka telah mengepung kota Sumy dan Konotop di timur laut Ukraina pada hari Jumat.
Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Mayjen Igor Konashenkov, pasukan Rusia sejauh ini telah melumpuhkan 211 instalasi militer Ukraina.
Termasuk 17 pusat komando, 19 sistem rudal pertahanan udara, 39 unit radar, 67 tank dan enam pesawat tempur.
Militer Rusia juga mengatakan telah merebut bandara strategis di luar Kyiv, yang memungkinkannya dengan cepat membangun kekuatan untuk merebut ibu kota.
Sementara itu, seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan, diperkirakan Rusia kini telah meluncurkan lebih dari 200 rudal ke Ukraina.
Beberapa rudal telah menghantam daerah pemukiman, meskipun tidak jelas apakah itu sengaja menjadi sasaran.
Tetapi para pejabat pertahanan AS percaya, serangan Rusia yang cukup besar berjalan lebih lambat dari yang dibayangkan.
Di sisi lain, pasukan militer Ukraina melaporkan menembak jatuh sebuah pesawat angkut Rusia II-76 yang membawa pasukan terjun payung di dekat Vasylkiv, sebuah kota di selatan Kyiv.
Tidak jelas berapa banyak yang ada di dalam pesawat, tetapi pesawat angkut dapat membawa hingga 125 pasukan terjun payung.
3. Ada Pembicaraan Hentikan Perang
Harapan untuk negosiasi akhir perang sempat meredup pada hari Jumat setelah kesepakatan membahas tawaran Zelenskyy untuk menunjuk Ukraina sebagai negara non-blok runtuh.
Kremlin awalnya mengatakan siap mengirim delegasi ke Belarus, kemudian mundur, dan mengatakan lebih suka bertemu di Warsawa.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut sudah terlambat, dan mengatakan Zelenskyy seharusnya menyetujui pembicaraan lebih awal.
Namun pada Jumat malam, juru bicara Zelenskyy, Sergii Nikiforov menulis di Facebook bahwa kedua belah pihak sedang berkonsultasi tentang tempat dan waktu untuk pembicaraan.
Menteri luar negeri Hongaria, Peter Szijjarto, menawarkan Budapest sebagai lokasi yang memungkinkan.
Ia juga menulis di Facebook, dia mengajukan proposal kepada pemerintah Rusia dan Ukraina dan tidak ada yang menolaknya.
4. Warga Ukraina Ketakutan
Di hari kedua invasi, warga Ukraina ketakutan setelah peluru artileri menghujani beberapa bangunan tempat tinggal di pinggiran Kyiv.
Penduduk kota gelisah di ambang pintu gedung apartemen menonton pengangkut personel lapis baja mengemudi di jalan-jalan.
Setelah jam 8 malam, ledakan besar terdengar di dekat Maidan Nezalezhnosti, alun-alun di pusat Kyiv.
Dan walikota mengatakan lima ledakan terjadi di dekat pembangkit listrik utama di luar kota.
Ravina Shamdasani, Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, stafnya sejauh ini telah memverifikasi setidaknya 25 kematian warga sipil dan 102 terluka, sebagian besar dari penembakan dan serangan udara.
Sementara, seorang Juru Bicara Badan Pengungsi PBB, Shabia Mantoo mengatakan, lebih dari 100.000 orang diyakini telah meninggalkan rumah mereka di Ukraina dan 4 juta orang mungkin melarikan diri ke negara lain jika situasinya meningkat.
5. Sumbangan Dana untuk Ukraina
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana untuk mencari lebih dari 1 miliar dolar sumbangan untuk bantuan kemanusiaan di Ukraina selama tiga bulan ke depan.
Hal ini disampaikan kepala kemanusiaan PBB pada hari Jumat.
Sementara, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Uni Eropa telah memutuskan bantuan ekonomi 1,5 miliar euro ($ 1,68 miliar) atau sekira Rp 24 triliun untuk Ukraina.
(Tribunnews.com/Fajar/Maliana)