Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada program televisi pada tanggal 27 Februari kemarin mengungkapkan pengenalan kebijakan "berbagi nuklir" untuk menyebarkan senjata nuklir AS di dalam negeri Jepang dan beroperasi bersama antara Jepang.
Sementara para penyintas bom atom AS dan Jepang juga menyuarakan oposisi yang sengit, mengatakan itu "sangat berbahaya."
"Kita tidak boleh tabu di dalam membahas realitas bagaimana melindungi dunia saat ini. Perlu berbagi persenjataan nuklir dengan AS pula," ungkap Shinzo Abe kemarin (27/2/2022).
Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan di sidang majelis tinggi Senin (28/2/2022) dalam rapat anggaran bahwa seruan itu memang ada.
"Memang ada seruan untuk pertimbangan pembagian nuklir di mana penerima senjata nuklir AS akan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat menggunakannya. Hal ini jelas tidak diakui dari sudut pandang Jepang, yang berpegang pada prinsip yang ada," tekan PM Kishida.
"Saya kecewa. Saya ingin mengelilingi Gedung Diet dengan para penyintas bom atom dan meminta mereka untuk membatalkan pernyataan mereka," ungkap Tomoyuki Maki, 79, ketua Asosiasi Korban Bom Atom Prefektur Hiroshima, mengecam keras pernyataan Abe.
"Kami telah melindungi Jepang tanpa senjata nuklir dan perang selama 76 tahun, tetapi politik bergerak ke arah yang berbahaya. Saya merasa seperti saya sudah mati. Bahkan jika aku mati, aku benar-benar mati. "
Kunihiko Sakuma, Asosiasi Korban Bom Atom Hiroshima lainnya, yang bertemu dengan Perdana Menteri Abe di "Permintaan Mendengar dari Perwakilan Korban Bom" yang diadakan setelah Upacara Peringatan Perdamaian pada tanggal 6 Agustus setiap tahun berkata, 'Saya akan berpegang pada tiga prinsip non-nuklir.' "
"Saya merasa bahwa ada opini publik yang berkembang bahwa senjata nuklir harus dipersenjatai." Tidak. Persaingan untuk pengembangan nuklir hanya meningkatkan ketakutan dan menciptakan lingkaran setan. Ini adalah ide yang sangat berbahaya dan perlu diubah secara mendasar," tegas Sakuma.
Satoshi Tanaka (77), sekretaris jenderal konferensi penghubung kelompok penyintas bom atom Hiroshima, salah satu dari tujuh korban selamat bom atom di Hiroshima, dibawa ke kota oleh ibunya mencari keluarga dan memasuki kota pada usia satu tahun.
Lima belas anggota keluarga terpapar, empat meninggal seketika, dan satu masih hilang.
“Sekarang krisis perang nuklir semakin meningkat, sudah waktunya bagi Jepang untuk membuat meja perlucutan senjata untuk mengurangi satu atau dua senjata nuklir. Sama sekali tidak dapat diterima untuk mengatakan bahwa hal itu dapat memacu perlombaan senjata,” papar Tanaka.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.