Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menuduh presiden Rusia, Vladimir Putin, "membunuh warga sipil tak berdosa" ketika ia memposting video ledakan besar di Lapangan Kebebasan Kharkiv di akun Twitternya.
Dia menyebutnya sebagai "serangan rudal barbar" yang dihasilkan dari ketidakmampuan Putin untuk "menghancurkan Ukraina".
Para pejabat mengatakan serangan Freedom Square di sebuah gedung pemerintah daerah menyebabkan 10 warga sipil tewas.
Dinas darurat Ukraina mengatakan serangan rudal kemudian di sebuah bangunan tempat tinggal di Kharkiv yang telah menewaskan delapan warga sipil lainnya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan serangan rudal Rusia yang berulang kali di Kharkiv sama dengan kejahatan perang.
"Tidak ada yang akan memaafkan. Tidak ada yang akan lupa," katanya.
“Serangan terhadap Kharkiv adalah kejahatan perang. Ini adalah teror terhadap negara dari pihak Rusia.”
“Teror yang nyata dan tidak terbantahkan."
Serangan terhadap menara TV di Kyiv, yang menewaskan lima orang dan melukai lima lainnya, dekat dengan situs peringatan yang memperingati para korban Babyn Yar, tempat tentara Nazi membantai hingga 150.000 orang selama perang dunia kedua - termasuk lebih dari 30.000 orang Yahudi.
Zelenskiy men uliskan di akun Twitternya: "Apa gunanya mengatakan 'tidak pernah lagi' selama 80 tahun, jika dunia tetap diam ketika bom jatuh di situs yang sama Babyn Yar? Sedikitnya lima orang tewas. Sejarah berulang ..."
Pusat Peringatan Holocaust Dunia Yad Vashem Israel menyuarakan "kecaman keras" atas serangan Rusia.
"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah bersama untuk melindungi kehidupan sipil serta situs-situs bersejarah ini karena nilainya yang tak tergantikan untuk penelitian, pendidikan dan peringatan Holocaust," katanya.
Dalam pidato yang sangat emosional di depan parlemen Uni Eropa pada Selasa (1/3/2022) yang disambut dengan tepuk tangan meriah, presiden Ukraina mengatakan setidaknya 16 anak telah terbunuh di sekitar Ukraina pada hari Senin.
Ia mengkritik klaim Rusia bahwa ini adalah “operasi” yang hanya menargetkan infrastruktur militer.