Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hujan deras yang mengguyur Sydney selama beberapa hari menambah korban tewas di kota terpadat Australia itu menjadi 17 orang.
Sydney kembali bersiap menghadapi hujan lebat, Minggu (6/3/2022), seperti yang dilaporkan Reuters.
Sistem cuaca liar yang menurunkan curah hujan selama lebih dari satu tahun selama seminggu di Queensland Selatan dan utara New South Wales (NSW). membawa kehancuran yang meluas.
Banjir membuat ribuan orang di negara bagian itu mengungsi dan menyapu harta benda, ternak, dan jalan.
Baca juga: Garuda Indonesia Rute Sydney-Denpasar Kembali Beroperasi, Wisatawan Asing Kembali Mengalir
Sebanyak 17 orang telah tewas sejak banjir dimulai, termasuk seorang wanita Queensland, yang mayatnya ditemukan pada hari Sabtu, menurut polisi.
Biro Meteorologi (BOM) NSW mengatakan sistem cuaca baru dapat membawa hujan lebat lagi di NSW, di mana Sydney adalah ibu kotanya, meningkatkan risiko banjir.
"Kami menghadapi, sayangnya, beberapa hari lagi cuaca basah dan badai yang akan sangat berbahaya bagi penduduk NSW," kata ahli meteorologi BOM Jane Golding pada briefing yang disiarkan televisi.
Di utara New South Wales, Sungai Clarence tetap pada tingkat banjir besar, tetapi Golding mengatakan cuaca buruk tampaknya akan cerah mulai Rabu dan seterusnya.
Di Brisbane, ibu kota Queensland, dan daerah sekitarnya yang dilanda badai hebat akhir pekan lalu yang membanjiri beberapa ribu properti, pembersihan berlanjut selama akhir pekan.
Proses pemulihan akan memakan waktu berbulan-bulan, kata pihak berwenang pada hari Minggu, sambil menyumbangkan lebih dari 2 juta dolar Australia (sekitar $1,5 juta) ke berbagai badan amal.
"Untuk acara yang hanya berlangsung tiga hari, itu akan berdampak besar pada ekonomi dan anggaran kita," kata bendahara Queensland, Cameron Dick, dalam sebuah pengarahan.