News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

China Siap Jadi Penengah Perang Rusia-Ukraina, Janjikan Bantuan Kemanusiaan

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden China, Xi Jinping serukan wabah virus korona sebagai masalah serius yang menyebabkan 217 orang terjangkit di negaranya. - Xi Jinping mengatakan China siap menjadi penengah konflik Rusia Vs Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa China bersedia "bekerja secara aktif" dengan komunitas internasional untuk menengahi perang di Ukraina, Selasa (8/3/2022.

Selama panggilan virtual dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Xi mengatakan situasi di Ukraina mengkhawatirkan dan China sangat berduka dengan pecahnya perang lagi di benua Eropa, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari CNN.

"China akan tetap berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Prancis, Jerman dan Uni Eropa dan, mengingat kebutuhan pihak-pihak yang terlibat, bekerja sama secara aktif dengan masyarakat internasional," kata pernyataan itu.

China menambahkan bahwa semua upaya kondusif untuk penyelesaian damai terhadap krisis harus didukung.

Baca juga: Kena Sanksi Ekonomi, Pengusaha Rusia Kini Pakai Yuan dan Bank China untuk Berbisnis

Baca juga: 9 Fakta Invasi Rusia ke Ukraina Hari Ke-14: AS Tolak Tawaran Kerahkan Jet Tempur hingga Jumlah Tewas

Menurut Kementerian Luar Negeri China, Scholz dan Macron mengatakan kedua negara siap untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Beijing untuk mempromosikan pembicaraan damai.

China dan Rusia berbagi kepentingan strategis dalam menantang Barat.

Meski begitu, invasi ke Ukraina telah menguji persahabatan mereka .

China tidak secara langsung mengutuk serangan Rusia atau menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, tetapi juga tidak terburu-buru untuk membantu Rusia setelah ekonominya terkena sanksi dari seluruh dunia, dengan para ahli mengatakan pilihan Beijing terbatas.

Analis mengatakan bank dan perusahaan China juga takut akan sanksi sekunder jika mereka berurusan dengan rekan-rekan Rusia.

Beijing secara konsisten menolak untuk menyebut perang di Ukraina sebagai invasi Rusia, dan para pejabat China secara teratur menunjuk ekspansi NATO ke arah timur sebagai akar penyebab konflik, meniru poin pembicaraan penting Rusia.

Xi menekankan perlunya mendukung pembicaraan damai dan mendorong kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan dan membawa hasil damai, menurut pernyataan Selasa.

Baca juga: Rusia: Harga Minyak Mentah Bisa Tembus 300 Dolar AS, Embargo Minyak oleh Barat Bisa Jadi Bencana

Baca juga: Rusia Larang Warganya Gunakan Aplikasi Walkie Talkie Zello karena Sebarkan Informasi Palsu

Sekali lagi, China meminta pihak-pihak untuk melakukan "pengekangan maksimum" untuk mencegah krisis kemanusiaan besar-besaran.

China juga mengatakan siap untuk menyediakan pasokan bantuan kemanusiaan lebih lanjut bagi Ukraina.

Menteri Luar Negeri, Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pekan lalu bahwa China "siap mencari solusi damai" dalam pembicaraan diplomatik untuk mengakhiri perang.

Xi sekali lagi mengutuk sanksi Barat selama panggilan telepon hari Selasa, memperingatkan mereka akan "meredam ekonomi global yang sudah dirusak oleh pandemi."

"Ini bukan untuk kepentingan siapa pun. Kita perlu secara aktif mengadvokasi visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan," kata Xi, menurut pernyataan itu.

(Tribunnews.com/Yurika)

Artikel lain Konflik Rusia Vs Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini