TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengancam akan menargetkan pasokan senjata dari Barat yang dikirim ke Ukraina.
Pihak Rusia menyatakan konvoi dengan senjata asing di Ukraina dapat dianggap sebagai "target yang sah" bagi serangan Rusia.
"Kami memperingatkan Amerika Serikat bahwa memompa Ukraina dengan senjata dari sejumlah negara yang diatur oleh mereka bukan hanya langkah berbahaya, tetapi ini adalah tindakan yang mengubah konvoi yang sesuai menjadi target yang sah," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menurut kantor berita milik negara RIA Novosti milik Rusia.
Peringatan itu dapat meningkatkan situasi di Ukraina lebih lanjut.
Komentar Ryabkov muncul saat AS mengarahkan $200 juta untuk bantuan dan layanan pertahanan, termasuk pendidikan dan pelatihan militer untuk Ukraina, dikutip dari CNN Internasional.
Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan $200 juta itu akan mencakup anti-armor, sistem anti-pesawat, dan senjata ringan untuk mendukung para pembela garis depan Ukraina yang menghadapi Rusia.
Baca juga: 12.729 Warga Ukraina Berhasil Dievakuasi, Zelensky Meminta Bantuan Lebih Banyak dari Sekutu
Isu Rencana Rusia tentang Penciptaan Republik Rakyat Kherson
Rusia mengintensifkan serangan dan memperingatkan AS tentang kiriman senjata yang dikirim ke Ukraina adalah 'target yang sah' dalam operasi militer Rusia, dikutip dari Los Angeles Times.
Pasukan Rusia terus membombardir kota-kota di seluruh Ukraina pada Sabtu (12/3/2022), merebut pinggiran timur dari pelabuhan utama di selatan.
Moskow juga mengisyaratkan akan segera memperluas perang untuk melibatkan sekutu Kyiv.
Sementara kampanye pemboman Rusia skala luas diintensifkan di kota-kota termasuk Mariupol, Mykolaiv, Kharkiv dan Chernihiv.
Menurut keterangan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, pasukan Rusia berencana untuk melakukan referendum, yang akan mengubah kota Kherson, sebuah kota besar pertama yang direbut oleh pasukan Rusia awal bulan ini, menjadi vasal memisahkan diri.
“Sanksi berat terhadap Rusia harus diikuti jika mereka melanjutkan invasinya. Kherson adalah dan akan selalu menjadi bagian dari Ukraina.”
Deputi di Dewan Regional Kherson, Sergey Khlan, mengatakan dalam sebuah posting di Facebook pada Sabtu (12/3/2022), pihak berwenang Rusia menghubungi para deputi dan meminta kerja sama mereka dalam mengadakan referendum yang diduga untuk menciptakan Republik Rakyat Kherson.