TRIBUNNEWS.COM - Maskapai berbendera Hong Kong, Cathay Pacific, tidak lagi merutekan penerbangan di atas wilayah udara Rusia, kata maskapai itu Kamis (17/3/2022).
"Kami secara teratur meninjau rute penerbangan kami secara internal dan juga dengan informasi yang diberikan oleh pihak eksternal," kata Cathay Pasific dalam sebuah pernyataan kepada CNN,
"Kami saat ini tidak terbang melalui wilayah udara Rusia," jelas pernyataan itu.
Berikut beberapa maskapai yang mengalami gangguan akibat perang Rusia di Ukraina.
Baca juga: Wali Kota Ukraina yang Diculik Tentara Rusia Dibebaskan, Ditukar Tawanan 9 Tentara Rusia
Baca juga: Zelensky Ogah Akui Aneksasi Crimea dan Kemerdekaan Donbass, Pembicaraan Ukraina-Rusia Buntu
* Uni Eropa (UE) menutup semua wilayah udara di 27 negaranya untuk pesawat Rusia pada akhir Februari.
* Menanggapi larangan UE, Otoritas Penerbangan Sipil Rusia menutup wilayah udaranya untuk maskapai 36 negara.
Daftar tersebut termasuk Inggris dan Kanada, yang sama-sama melarang pesawat Rusia.
* Pada 1 Maret, Presiden Joe Biden mengatakan AS akan mengikuti dan melarang pesawat Rusia dari wilayah udara AS.
Baca juga: Microsoft Luncurkan Layanan Telepon Gratis hingga Fitur Donasi untuk Ukraina
Baca juga: Rusia Kumpulkan Bukti Kejahatan Rezim Kyiv dalam Perang Ukraina
Sekilas situs pelacakan penerbangan FlightRadar24 pada Kamis (17/3/2022) menunjukkan beberapa pesawat di atas langit Rusia.
Mereka termasuk setidaknya satu penerbangan Air China, tetapi sebagian besar untuk maskapai penerbangan domestik Rusia.
Maskapai Penerbangan Rusia Dihapus dari Sistem Reservasi Global
Sistem reservasi yang merupakan tulang punggung maskapai penerbangan di seluruh dunia telah mengakhiri perjanjiannya dengan Aeroflot.
Dikutip CNN, Jumat (4/3/2022) perusahaan teknologi Sabre mengatakan Aeroflot telah dihapus dari sistem distribusi globalnya.
Maskapai Rusia tidak akan ditampilkan di situs reservasi yang digunakan oleh agen perjalanan, situs web perjalanan, dan perusahaan di seluruh dunia untuk berbelanja, memesan, dan melayani reservasi penerbangan.
"Sabre telah memantau situasi yang berkembang di Ukraina dengan kekhawatiran yang meningkat," kata CEO Sabre Sean Menke dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Protes Operasi Militer di Ukraina, IKEA Hentikan Semua Operasional Tokonya di Rusia
Baca juga: Mendag Sebut Invasi Rusia pada Ukraina Turut Jadi Penyebab Naiknya Harga dan Langkanya Minyak Goreng
"Kami mengambil sikap menentang konflik militer ini," tambahnya.
Penghapusan dari sistem distribusi global (GDS) adalah satu langkah, tetapi layanan teknologi lain yang disediakan untuk Aeroflot masih dalam proses, kata para ahli.
Dalam pernyataannya, Sabre mengatakan bahwa perusahaan akan mengevaluasi apakah tindakan tambahan akan sesuai, dengan mempertimbangkan pertimbangan hukum dan tindakan balasan apa pun yang dapat diterapkan sebagai tanggapan.
Sebelumnya, perusahaan teknologi perjalanan lainnya, Amadeus, mengatakan pada Kamis (3/3/2022) bahwa pihaknya mulai menangguhkan distribusi tarif Aeroflot dalam sistemnya.
Baca juga: Manchester United Resmi Akhiri Kerja Sama dengan Maskapai Rusia Aeroflot
"Kami tidak akan menandatangani kontrak baru di Rusia dan kami terus mengevaluasi portofolio kerja kami yang ada di Rusia secara paralel," kata Amadeus dalam sebuah pernyataan.
"Pada saat yang sama, kami terus menilai dan mengevaluasi dampak potensial dari sanksi internasional yang dikenakan pada Rusia dan tindakan balasan apa pun oleh Rusia," pungkasnya.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)