TRIBUNNEWS.COM - Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden bertukar pandangan melalui panggilan video, Jumat (18/3/2022) malam.
Adapun panggilan video tersebut dimulai sekitar pukul 21:00 hingga 22.52 waktu Beijing.
Pertemuan virtual antara keduanya ini terselenggara atas permintaan Biden.
Dalam obrolan tersebut, mereka membahas masalah hubungan kenegaraan antara China-AS.
Kendati demikian, mereka juga dikabarkan sempat terlibat obrolan tentang bagaimana situasi di Ukraina saat ini.
Mengingat, saat ini keadaan di Ukraina menjadi perhatian dunia.
"Krisis Ukraina bukanlah sesuatu yang ingin kita lihat."
"Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dua ekonomi terkemuka dunia, kita tidak hanya harus membimbing China-AS."
Baca juga: Joe Biden akan Bicara dengan Xi Jinping Lewat Telepon, Bahas Keberpihakan China atas Rusia
"Hubungan maju di sepanjang jalur yang benar, tetapi juga memikul tanggung jawab internasional kami dan bekerja untuk perdamaian dan ketenangan dunia," kata Presiden Xi, dikutip dari Kompas TV, Sabtu (19/3/2022).
Sementara dari sisi lain, Presiden Biden juga berupaya mencegah Beijing memberikan bantuan militer atau ekonomi kepada Rusia.
Hal tersebut diperkuat atas adanya informasi dari Gedung Putih yang mengatakan bahwa Biden menggarisbawahi kepada Presiden Xi Jinping terkait konflik antara Rusia dan Ukraina.
Presiden Xi Jinping diingatkan tentang implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia.
"Implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia karena melakukan serangan brutal terhadap kota-kota dan warga sipil Ukraina," ungkap Biden.
China Enggan Terlibat Konflik
Terkait hal itu, analis China dan AS menilai Beijing tidak mungkin akan membantu Moskow,
Ini karena bagi China, keterlibatannya pada konflik Rusia dengan Ukraina malah akan memperburuk keadaan.
Baca juga: Pesawat Militer Amerika Jatuh di Dekat Perbatasan Rusia
Apalagi saat ini negara-negara di Asia Timur saat ini tengah memprioritaskan pembangunan ekonominya di atas kepentingan lain.
"Di panggung dunia, China tampaknya menjadi satu-satunya teman yang tersisa dari Rusia."
"Tetapi, akan menjadi kesalahan untuk melebih-lebihkan kekuatan persahabatan Tiongkok-Rusia yang tampak seperti itu."
"(Menurutnya) Presiden Xi Jinping sangat tidak mungkin membiarkan China terseret ke dalam konflik dengan memberikan dukungan militer langsung ke Rusia," kata Profesor Universitas Cornell, Allen Carlson, dikutip dari Tribunnews.com.
“Masalah yang paling penting dalam konflik bagi Beijing bukanlah mengakhiri perang atau memperkuat persahabatan tetapi melindungi kepentingan China sendiri."
"Sejauh ini, tampaknya Xi belum sampai pada kesimpulan tentang apa itu," kata Carlson.
Mungkin saja, kata Carlson, Beijing dapat menjadi mediator antara Moskow dan Kyiv, meskipun kecil kemungkinannya.
China Tak Ingin Kena Imbas
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, China tidak ingin terkena dampak sanksi ekonomi Barat terhadap bantuannya yang diberikan ke Rusia.
Baca juga: Biden Sebut Putin Sebagai Penjahat Perang: Siapa Sebenarnya yang Berhak Memutuskan Itu?
Kementerian Luar Negeri China menjelaskan adanya tekanan tumbuh di Beijing untuk menarik dukungan dari Moskow.
Beijing telah menolak untuk mengutuk sekutu dekatnya Rusia atas invasi ke Ukraina, dan menyalahkan Amerika Serikat dan "ekspansi ke Timur" NATO untuk memperburuk ketegangan.
"China bukan pihak dalam krisis, apalagi ingin terkena sanksi."
"(Kami) selalu menentang penggunaan sanksi untuk menyelesaikan masalah."
"Apalagi sanksi sepihak yang tidak memiliki dasar dalam hukum internasional," kata Menteri Luar Negeri, Wang Yi, Selasa (15/3/2022).