News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jadi Kota yang Penting bagi Rusia, Ukraina Tolak Serahkan Mariupol: Tak Ada Peletakan Senjata

Penulis: Nuryanti
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Citra satelit Maxar pada 12 Maret 2022, menunjukkan pemandangan multispektral kebakaran di kawasan industri Distrik Primorskyi di Mariupol barat, Ukraina. Ukraina telah menolak seruan Rusia untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol.

Menurut Ianitskyi, ada juga makna simbolis.

Baca juga: Dubes Rusia untuk Indonesia: Selamat Ulang Tahun ke-12 Tribunnews.com

Baca juga: Selamat dari Holocaust, Pria 96 Tahun Ini Tewas dalam Serangan Rusia di Ukraina

Pada 2014, Mariupol, kota terbesar kedua di wilayah Donetsk, bertahan dari pendudukan singkat oleh pasukan pro-Rusia.

Setelah Ukraina kehilangan kendali atas ibu kota regional Donetsk, Mariupol menampung jumlah terbesar pengungsi internal dari bagian Donbas yang diduduki lebih dari 96.000 orang pada 2019.

Mariupol juga akan menjadi kemenangan besar bagi propaganda Kremlin, yang menggambarkan Ukraina diperintah oleh Nazi dan perang sebagai “de-Nazifikasi”.

Kota ini telah menjadi basis batalion Azov, bekas unit paramiliter yang berakar pada kelompok sayap kanan dan neo-Nazi.

Pengungsi dari Mariupol terlihat setibanya di tempat parkir pusat perbelanjaan di pinggiran kota Zaporizhzhia, yang sekarang menjadi pusat pendaftaran pengungsi, pada 16 Maret 2022. (AFP/EMRE CAYLAK)

Ukraina Menolak Menyerahkan Mariupol

Diberitakan Al Jazeera, Ukraina telah menolak seruan Rusia untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol.

"Tidak ada pertanyaan tentang penyerahan, peletakan senjata," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, Senin (21/3/2022).

“Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang ini," lanjutnya.

Mariupol telah mengalami beberapa pengeboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Vereshchuk mengatakan, lebih dari 7.000 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan, lebih dari setengahnya dari Mariupol.

Rusia dan Ukraina telah membuat kesepakatan sepanjang perang untuk menciptakan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil, tetapi saling menuduh dan sering melanggarnya.

Baca juga: Hubungan Rusia-AS Makin Panas, Kremlin Tersinggung Presidennya Disebut Penjahat Perang

Baca juga: Demi Gencatan Senjata dengan Rusia, Presiden Ukraina Bersedia Tidak Gabung dengan NATO

Rusia Coba Membuat Mariupol Kelaparan agar Menyerah

Seorang anggota parlemen Ukraina menuduh Rusia berusaha membuat kota pelabuhan Mariupol yang terkepung kelaparan agar menyerah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini