Menurut Ianitskyi, ada juga makna simbolis.
Baca juga: Dubes Rusia untuk Indonesia: Selamat Ulang Tahun ke-12 Tribunnews.com
Baca juga: Selamat dari Holocaust, Pria 96 Tahun Ini Tewas dalam Serangan Rusia di Ukraina
Pada 2014, Mariupol, kota terbesar kedua di wilayah Donetsk, bertahan dari pendudukan singkat oleh pasukan pro-Rusia.
Setelah Ukraina kehilangan kendali atas ibu kota regional Donetsk, Mariupol menampung jumlah terbesar pengungsi internal dari bagian Donbas yang diduduki lebih dari 96.000 orang pada 2019.
Mariupol juga akan menjadi kemenangan besar bagi propaganda Kremlin, yang menggambarkan Ukraina diperintah oleh Nazi dan perang sebagai “de-Nazifikasi”.
Kota ini telah menjadi basis batalion Azov, bekas unit paramiliter yang berakar pada kelompok sayap kanan dan neo-Nazi.
Ukraina Menolak Menyerahkan Mariupol
Diberitakan Al Jazeera, Ukraina telah menolak seruan Rusia untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol.
"Tidak ada pertanyaan tentang penyerahan, peletakan senjata," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, Senin (21/3/2022).
“Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang ini," lanjutnya.
Mariupol telah mengalami beberapa pengeboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Vereshchuk mengatakan, lebih dari 7.000 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan, lebih dari setengahnya dari Mariupol.
Rusia dan Ukraina telah membuat kesepakatan sepanjang perang untuk menciptakan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil, tetapi saling menuduh dan sering melanggarnya.
Baca juga: Hubungan Rusia-AS Makin Panas, Kremlin Tersinggung Presidennya Disebut Penjahat Perang
Baca juga: Demi Gencatan Senjata dengan Rusia, Presiden Ukraina Bersedia Tidak Gabung dengan NATO
Rusia Coba Membuat Mariupol Kelaparan agar Menyerah
Seorang anggota parlemen Ukraina menuduh Rusia berusaha membuat kota pelabuhan Mariupol yang terkepung kelaparan agar menyerah.