TRIBUNNEWS.COM - Satu bulan sudah serangan Rusia ke Ukraina menyebabkan ribuan orang tewas, jutaan pengungsi mengungsi dan kota-kota hancur.
Dikutip dari Aljazeera, sampai hari ini, angkatan bersenjata Rusia disebut frustrasi oleh perlawanan sengit Ukraina.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina.
Peristiwa ini menjadi serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Putin bahkan menyiratkan kemungkinan eskalasi nuklir jika Barat campur tangan.
Setelah angkatan bersenjata Rusia tidak dapat menguasai Ukraina dengan serangan kilat pada minggu pertama perang, mereka mengalihkan strategi ke pemboman kota-kota dengan artileri, hingga serangan udara dan rudal.
Target warga sipil termasuk rumah sakit, gereja, dan perumahan telah hancur.
Hal itu membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut Putin sebagai "penjahat perang".
Pasukan Rusia telah berulang kali menyerang ibu kota, Kyiv, tetapi gagal mengepung kota.
Kota Mariupol selatan yang terkepung telah terkena dampak paling parah, menjadi sasaran pemboman selama berminggu-minggu.
Baca juga: Belarus Sebut 8 dari 19 Diplomat di Kedutaan Ukraina Adalah Mata-mata
Dikabarkan sedikitnya 2.300 orang tewas dan sebagian besar bangunan di kota hancur.
Sekitar 100.000 warga sipil tetap terperangkap di kota tanpa aliran air, listrik, atau pemanas, dan dengan persediaan makanan yang semakin menipis.
Hanya satu kota besar, Kherson, yang jatuh ke tangan Rusia.
Banyak korban tewas akibat perang, tetapi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy - yang telah menjadi simbol perlawanan nasional mengatakan bahwa ribuan orang telah tewas, termasuk setidaknya 121 anak-anak Ukraina.