TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 132 penumpang di dalam pesawat Boeing 737-800 China Eastern yang jatuh di lereng gunung di Cina selatan pada Senin (21/3/2022), telah dipastikan tewas.
Hal itu disampaikan oleh otoritas penerbangan sipil negara itu mengatakan Sabtu (26/3/2022).
Puluhan kerabat korban telah menunggu selama berhari-hari ketika tim penyelamat menyisir lereng berhutan lebat untuk mencari puing-puing pesawat dan tanda-tanda selamat dari kecelakaan Senin di dekat kota Wuzhou, provinsi Guangxi.
Meskipun belum ada penyebab yang pasti, data pelacakan online menunjukkan pesawat itu jatuh dengan cepat dari ketinggian 29.100 ke 7.850 kaki hanya dalam waktu satu menit.
"Semua 123 penumpang dan sembilan awak penerbangan MU5735 dari maskapai China Eastern telah tewas di dalam pesawat pada 21 Maret," Hu Zhenjiang, wakil direktur jenderal Administrasi Penerbangan Sipil China, sebagaimana dikutip dari CNA.
Sementara itu, 120 korban telah diidentifikasi.
Baca juga: Pesawat China Eastern Diduga Tak Alami Ledakan sebelum Jatuh Menukik Tajam
Baca juga: Menlu Selandia Baru Cemaskan Kehadiran Militer China di Kepulauan Solomon
"Identitas 120 korban telah ditentukan dengan identifikasi DNA."
Setelah pengumuman tersebut, Hu dan para jurnalis yang berkumpul berdiri untuk mengheningkan cipta selama satu menit bagi para korban tragedi tersebut.
Pejabat penerbangan sebelumnya mengkonfirmasi bahwa mereka telah menemukan kotak hitam yang mereka yakini sebagai perekam suara kokpit, yang telah dikirim ke Beijing untuk diperiksa oleh para ahli.
Pesawat Boeing 737-800, dilengkapi dengan dua perekam satu di kabin penumpang belakang yang melacak data penerbangan, dan yang lainnya perekam suara kokpit.
Saat in, tim pencari masih mencari perekam lainnya.
Tetapi mereka telah menemukan pemancar lokasi darurat dari pesawat yang dekat dengan tempat kotak hitam kedua dipasang, kata Zhu Tao, direktur Kantor Keselamatan Penerbangan CAAC selama konferensi pers sebelumnya.
Baca juga: Kisah Pria China Nekat Panjangkan Rambut Selama 3 Tahun untuk Didonorkan kepada Pasien Kanker
Baca juga: Joe Biden Ingatkan China Konsekuensinya Jika Bantu Rusia
Tim pencari telah menggali bagian-bagian pesawat di lumpur tebal baik dengan tangan maupun dengan mesin.
Tidak ada senyawa penting dari bahan peledak biasa yang terdeteksi di puing-puing kecelakaan, kata seorang pejabat Guangxi.
Penyebab kecelakaan itu telah membingungkan otoritas penerbangan, yang telah menjelajahi medan terjal untuk mencari petunjuk tentang apa yang hampir pasti menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan di China dalam hampir 30 tahun.
Bencana tersebut memicu respons publik yang luar biasa cepat dari Presiden Xi Jinping, yang memerintahkan penyelidikan atas penyebabnya ketika otoritas penerbangan berjanji akan melakukan pemeriksaan ekstensif selama dua minggu terhadap armada penumpang besar China.
Pesan keselamatan telah menyebar ke berbagai sektor sejak kecelakaan itu.
(Tribunews.com/Yurika)