Selain itu, 57 sekolah dan 70 taman kanak-kanak turut terkena dampak, masing-masing yakni 23 dan 28 bangunan mengalami kehancuran.
Selanjutnya, 2 pabrik, 1 pelabuhan, dan 1 unit militer juga mengalami kerusakan.
Sebelum blokade, ada sekitar 140.000 orang telah melarikan diri dari Mariupol dan 150.000 orang dievakuasi dari kota itu setelah pengepungan.
Baca juga: Rangkuman Invasi Hari ke-33: Tentara Ukraina Tembak Tahanan Rusia, Putin Rencanakan Skenario Korea
Boychenko menyampaikan bahwa saat ini dirinya memprediksi sebanyak 170.000 orang masih dikepung dan 30.000 dideportasi oleh Rusia.
Ia mencatat bahwa angka-angka ini hanya merupakan perkiraan, karena tidak mungkin untuk secara akurat menilai kerugian hingga konflik ini mereda.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.
Baca juga: Zelensky Tawarkan Putin Jalan Keluar dari Perang Ukraina: Ini Kompromi
Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.
Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.
Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.
Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.
Sedangkan Ukraina telah secara resmi mengajukan gugatan terhadap Federasi Rusia ke Pengadilan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Den Haag, Belanda.