"Perang masih jauh dari selesai, serangan lebih lanjut akan datang," kata Gustav Gressel, rekan kebijakan senior di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR), menambahkan bahwa Moskow kekurangan pasokan "sumber daya utama" untuk personel.
Tetapi, analis juga mengatakan bahwa perang yang panjang juga akan berbahaya bagi Rusia, mengingat keberhasilan taktik gerilya Ukraina selama beberapa minggu terakhir.
"Jika ini akhirnya menjadi perang yang berkepanjangan, Ukraina tampaknya secara keseluruhan berada dalam posisi yang lebih menguntungkan," kata Michael Kofman, Direktur Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut di AS.
5. Memisahkan Barat
Semakin lama perang berlangsung, semakin Kremlin diperkirakan akan menekan salah satu taktik kesukaannya, yaitu memecah belah Barat, antara negara-negara yang mengambil sikap keras pada Moskow dan mereka yang ingin berdamai.
Putin pada Senin (4/4/2022), dengan cepat mengucapkan selamat pada salah satu sekutu terdekatnya di Uni Eropa, Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, setelah partainya memenangkan pemilihan yang membuatnya memperpanjang masa jabatan hingga periode keempat.
Baca juga: AS Diam-diam Uji Coba Rudal Hipersonik, Bakal Jadi Saingan Kinzhal-nya Rusia?
Baca juga: Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi di Asia akan Turun, Imbas Konflik Rusia-Ukraina
Dalam kemungkinan ketegangan yang akan datang, Presiden AS Joe Biden mengatakan Putin tidak boleh tetap berkuasa, tapi Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut retorika seperti itu tak membantu.
Macron mengatakan pada hari Senin, UE akan mempertimbangkan lebih banyak sanksi terhadap industri minyak dan batu bara Rusia, tetapi tidak menyebutkan gas alam, di mana Eropa sangat bergantung pada Moskow.
"Tujuan dari permainan ini juga untuk memecah opini publik," kata Razoux.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)