Jet serang multi-peran satu kursi Rusia SU-35 memiliki kemampuan manuver yang luar biasa.
Pesawat ini diperkuat dengan mesin vektor dorong yang memungkinkan mereka berbelok jauh lebih kencang daripada pesawat standar, membuatnya cocok untuk misi superioritas udara.
Pesawat ini sangat maju secara teknologi sehingga sering digolongkan sebagai pesawat “plus-plus” generasi ke-4.
Kecepatan pesawat dapat mencapai Mach 2,25 pada 36.000 kaki, atau sekitar 1.500 mph, dan dapat menampung 8.000 kg persenjataan dengan jangkauan sekitar 1.000 mil.
Baca juga: Negosiator Rusia: Perjanjian dengan Ukraina Belum Siap Dibahas di Tingkat Tertinggi
Namun, Su-35 bukanlah pesawat siluman dan sangat bergantung pada keterampilan dogfighting.
Su-35 memiliki meriam otomatis 30mm bersama dengan 17.630 pon muatan pada dua belas cantelan eksternal.
SU-35 mampu menembakkan berbagai rudal udara-ke-udara, udara-ke-permukaan, anti-radiasi, dan anti-kapal, serta video, laser, dan bom yang dipandu satelit.
Enam rudal udara-ke-udara jarak pendek dan dua belas rudal udara-ke-udara di luar jangkauan visual biasanya dibawa oleh pesawat.
Sebuah suite avionik canggih juga ditampilkan pada Su-35S. Bergantung pada ukuran target, radar array yang dipindai secara elektronik pasif Irbis-E modern dapat melacak hingga 30 objek pada jarak sekitar 217 mil.
Nyaris Dibeli Indonesia
Indonesia sempat akan memboyong jet tempur kelas berat Sukhoi SU-35 buatan Rusia untuk memperkuat angkatan bersenjatanya, tapi gagal dilakukan.
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto akhirnya memutuskan untuk menggunakan Rafale buatan Prancis dan satu skuadron jet tempur F 15EX Amerika, dengan pengiriman diharapkan selama tiga tahun ke depan.
Dilaporkan Asian Times (21/2/2021), bersama dengan 36 Dassault Rafales dan delapan Boeing F-15, juga masuk dalam wish list belanja pertahanan Indonesia yaitu tiga pesawat angkut Lockheed Martin C-130J Super Hercules, tiga tanker Airbus A330 untuk pengisian bahan bakar udara, enam drone MQ-1 Predator dan sistem peringatan dini Leonardo Italia.
Dikatakan, itu bisa menjadi pembelian pertahanan terbesar Indonesia jika berhasil dalam bentuknya saat ini, meski kemampuan Indonesia membayarnya juga dipertanyakan.