TRIBUNNEWS.COM - Perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa dunia kian tidak stabil dan potensi konflik internasional meningkat.
Dilansir CNN, Ketua Kepala Gabungan Jenderal Mark Milley dan Menteri Pertahanan, Lloyd Austin muncul di hadapan Komite Angkatan Bersenjata DPR dalam kesaksian pertama mereka di hadapan Kongres sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Kedua pimpinan Pentagon ini mengatakan ancaman dari Rusia dan China tetap signifikan.
Milley menilai, invasi Rusia ke Ukraina merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan keamanan Eropa bahkan dunia dalam 42 tahun ia bertugas.
Baca juga: Update Pentagon, Invasi Rusia Hari ke-40: 70% Tentara Rusia Dekat Kyiv Mundur, Serangan di Bucha
Baca juga: Serangan Rudal Rusia Hantam Depot dan Pabrik Minyak di Wilayah Dnipropetrovsk
"Invasi Rusia ke Ukraina mengancam untuk merusak tidak hanya perdamaian dan stabilitas Eropa, tetapi juga perdamaian dan stabilitas global yang orang tua saya dan generasi Amerika perjuangkan dengan keras untuk dipertahankan," kata Milley.
"Kami sekarang menghadapi dua kekuatan global: China dan Rusia, masing-masing dengan kemampuan militer yang signifikan, keduanya berniat untuk secara mendasar mengubah aturan berdasarkan tatanan global saat ini," imbuhnya.
"Kita memasuki dunia yang semakin tidak stabil dan potensi konflik internasional yang signifikan meningkat, bukan menurun," ujar pimpinan militer AS ini.
Sejumlah anggota DPR dari Partai Republik bertanya kepada Milley dan Austin, apakah AS gagal mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina.
Milley menjawab, menurutnya Putin tidak akan bisa dihentikan kecuali pasukan AS dikerahkan langsung ke Ukraina.
"Saya pikir gagasan untuk menghalangi Putin menginvasi Ukraina, menghalangi dia oleh Amerika Serikat, akan membutuhkan komitmen pasukan militer AS, dan saya pikir itu akan berisiko konflik bersenjata dengan Rusia, yang tentu saja tidak akan saya sarankan," kata dia.
Lebih lanjut, Milley mengaku bahwa sanksi tidak sepenuhnya bisa mencegah agresi militer.
Namun, menurutnya, sanksi yang dijatuhkan AS dan sekutu berhasil membebankan biaya yang signifikan kepada Rusia.
"Tujuan sanksi adalah untuk membebankan biaya yang signifikan jika dia menyerang, biaya signifikan itu, sanksi yang dikombinasikan dengan kontrol ekspor, menghancurkan ekonomi Rusia saat kita berbicara," katanya.
Austin kemudian menambahkan, bahwa jika AS "menempatkan pasukan ke Ukraina untuk melawan Putin, ini akan menjadi cerita yang berbeda."
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-42 pada Rabu (6/4/2022) hari ini.
Berikut sejumlah peristiwa penting yang terjadi, dilaporkan Guardian:
- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB tentang kekejaman pasukan Rusia dan menuntut para pemimpin Moskow diadili atas kejahatan perang.
- Presiden Ukraina juga mempertanyakan kemampuan dewan keamanan PBB untuk memberikan keamanan.
- Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengaku "tidak akan pernah melupakan gambaran mengerikan dari warga sipil yang terbunuh di Bucha".
- Organisasi HAM Ukraina mengatakan, 150 dan 300 mayat mungkin berada di kuburan massal di sebuah gereja di Bucha.
- Wali kota Bucha melarang pengungsi kembali ke rumah, karena masih ada ranjau di daerah itu setelah pasukan Rusia mundur.
- Di forum Dewan Keamanan PBB, India mengutuk pembunuhan warga sipil di Bucha dan menyerukan penyelidikan independen.
- Kremlin mengatakan tuduhan bahwa pasukan Rusia melakukan kejahatan perang dengan mengeksekusi warga sipil di Bucha adalah "pemalsuan" yang bertujuan untuk "merendahkan" tentara Rusia.
Baca juga: Tentara Wanita Ukraina yang Jadi Tawanan di Rusia Disiksa dan Dipaksa Ikut Buat Video Propaganda
Baca juga: Warga Bucha Ungkap Kronologi Pasukan Rusia Membunuh Keluarganya, Dobrak Rumah Lalu Seret ke Trotoar
- Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan pertemuan menteri luar negeri NATO dan G7 pada Rabu dan Kamis akan membahas pengiriman senjata canggih ke Ukraina.
- AS dan sekutunya merencanakan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.
- Hampir 200 staf diplomatik Rusia diusir dari negara-negara Eropa minggu ini, buntut dugaan pembantaian warga sipil Ukraina.
- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendesak warga Rusia untuk tidak terpengaruh oleh propaganda Putin.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)