News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

29 Tokoh Kena Imbasnya, Wapres AS Kamala Harris hingga Mark Zuckerberg Dilarang Masuk Rusia

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kamala Harris dan Mark Zuckerberg dilarang masuk Rusia

TRIBUNNEWS.COM - Rusia menutup akses para pejabat dan tokoh Amerika Serikat (AS) ke negaranya.

Terbaru, Wakil Presiden AS, Kamala Harris, diumumkan masuk dalam daftar pejabat terlarang masuk wilayah Rusia.

Tak hanya itu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, juga kena imbas larangan tersebut.

Seperti dikutip dari CNN, pengumuman tersebut diungkapkan pada Kamis (22/4/2022).

Baca juga: Parlemen Rusia Disebut Usulkan Ambil Paksa Darah Tawanan Perang Ukraina: Hanya Bagi yang Sehat

Rusia melarang 29 pejabat dan tokoh Amerika lainnya memasuki Rusia.

Kementerian luar negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa daftar itu diterbitkan sebagai tanggapan terhadap sanksi anti-Rusia yang terus meluas.

Termasuk individu AS dari pimpinan, pengusaha, pakar, dan jurnalis yang membentuk agenda Russofobia.

Sekretaris pers Pentagon John Kirby, CEO LinkedIn Ryan Roslansky, pembawa acara TV ABC George Stephanopoulos, dan kepala Bank of America Brian Moynihan juga telah ditambahkan ke dalam daftar.

"Dalam waktu dekat, pengumuman baru akan menyusul tentang pengisian berikutnya dari daftar berhenti Rusia," kata pernyataan itu.

Update Perang

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/4/2022) , memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu benteng terakhir Ukraina yang tersisa di kota Mariupol.

Salah satu kota besar di Ukraina itu telah dikepung pasukan Rusia.

Putin meminta kota itu dikepung saja "agar seekor lalat pun tidak bisa masuk."

Seperti dilaporkan Associated Press, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan seluruh kota di luar pabrik baja Azovstal yang luas tempat pasukan Ukraina bersembunyi berhasil "dibebaskan", merujuk pada wilayah Ukraina yang mereka rebut.

Putin memuji itu sebagai “keberhasilan.”

Baca juga: Rusia Janji Akhiri Serangan Militer ke Ukraina Tapi Harus Penuhi Syarat Ini

Bagi Rusia, menguasai Kota Mariupol akan menghubungkan jalur darat antara Rusia dan Semenanjung Krimea dan membebaskan pasukan Rusia untuk bergerak ke tempat lain di Donbas.

Pernyataan Putin dan Shoigu tampaknya mencerminkan perubahan strategi di Mariupol, dimana Rusia sebelumnya tampaknya bertekad untuk merebut setiap inci terakhir Mariupol, walau tidak jelas apa artinya secara praktis.

Pejabat Ukraina belum mengomentari pernyataan terakhir Rusia itu, tetapi sebelumnya disebutkan bahwa empat bus berisi warga sipil berhasil melarikan diri dari Mariupol setelah beberapa kali gagal.

Ribuan warga sipil lain tetap tertahan kota tersebut yang kini sudah menjadi reruntuhan akibat pengepungan dan serbuan pasukan Rusia selama hampir dua bulan.

Lebih  dari 20.000 orang dikhawatirkan tewas dalam perang di Mariupol.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan upaya lain untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol akan dilakukan hari Kamis, meskipun belum jelas bagaimana pernyataan terbaru Rusia akan mempengaruhi itu.

Rusia mengatakan mereka meluncurkan ratusan rudal dan serangan udara ke sasaran yang mencakup konsentrasi pasukan dan kendaraan tempur.

Tujuan yang dinyatakan Kremlin adalah merebut Donbas, yaitu Donetsk dan Lugansk, wilayah timur yang sebagian besar berbahasa Rusia dan kaya sumber daya seperti tambang batu bara, pabrik logam, dan pabrik alat berat.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Rusia sedang bergerak maju dari daerah penggalangan pasukan di Donetsk dan Lugansk menuju Kramatorsk, yang terus dihujani serangan roket, artileri dan peluru kendali.

Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan pasukan Rusia menguasai 80 persen wilayahnya. Sebelum Rusia menginvasi pada 24 Februari, pemerintah Kiev menguasai 60 persen wilayah Luhansk.

Haidai mengatakan Rusia, setelah merebut kota kecil Kreminna, sekarang merangsek ke arah kota Rubizhne dan Popasna. Dia mengimbau seluruh warga untuk segera mengungsi.

“Para penjajah hanya mengendalikan sebagian kota-kota ini, dan tidak dapat menerobos ke pusat-pusatnya,” kata Haidai di aplikasi perpesanan Telegram.

Para analis mengatakan serangan di timur bisa menjadi perang habis-habisan karena Rusia menghadapi pasukan Ukraina yang paling berpengalaman dan tangguh, yang memerangi separatis pro-Moskow di Donbas selama delapan tahun.

Kibarkan Bendera Rusia

Sementara itu, Tentara Rusia dilaporkan telah mengibarkan bendera Uni Soviet di Kota Kherson, Ukraina.

Hal itu terungkap lewat rekaman video yang tersiar di media sosial.

Para tentara Rusia terlihat mengibarkan bendera era Soviet di monumen Api Abadi di selatan kota Kherson.

Dikutip dari Express, pengibaran tersebut dilakukan sebagai tanda kemenangan dan keberhasilan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin menguasai Kherson.

Tentara Rusia mengibarkan bendera Uni Soviet di Kherson, Ukraina sebagai tanda kemenangan usai merebut kota tersebut. (Sumber: Express) ()

Kherson sudah berada dalam pendudukan Rusia sejak pertengahan Maret, setelah diserang selama sepekan.

Video itu sendiri direkam oleh pasukan Rusia, yang terlihat bangga menaikkan bendera kemenangan berwarna merah di era Soviet.

Video tersebut mengikuti laporan dari Ukraina yang tampaknya mengonfirmasi bahwa pasukan Rusia secara signifikan mengintensifkan pendudukan mereka di wilayah tenggara Ukraina.

Kementerian Pertahanan Inggris telah mendapatkan laporan terbaru yang mengonfirmasikan bahwa pertempuran di Donbas telah meningkat.

Selain itu, pasukan Ukraina di Mariupol yang tengah dikepung Rusia, sudah berada dalam kondisi terjepit.

“Serangan Rusia di sejumlah kota di Ukraina menunjukkan keinginan mereka untuk mencoba dan mengganggu pergerakan pasukan Ukraina dan persenjataan ke timur negara,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Inggris.

Kementerian itu menambahkan dengan merujuk pada tuduhan yang mengonfirmasi serangan Rusia terhadap jaringan logistik pusat.

Serangan itu dilakukan dengan tujuan menghentikan pasokan persenjataan ke Ukraina.

Jika menguasai Mariupol, maka akan mempermudah Rusia menghubungkan Donbas dengan willayah yang dianeksasi, Krimea.

Pendudukan Rusia di Mariupol juga berpotensi memungkinkan pasukan Rusia mengambil kendali penuh atas 80 persen garis pantai Laut Hitam Ukraina. (Associated Press/Express/Kompas.TV)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini