TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang Rusia telah membuka kasus pidana terhadap Vladimir Vladimirovich Kara-Murza, seorang politikus sekaligus aktivis oposisi terkemuka di negara itu.
Kara-Murza menjalani penahanan pra-sidang pada hari Jumat karena diduga menyebarkan berita palsu atau hoaks tentang angkatan bersenjata Rusia.
Pengadilan di Moskow memerintahkan Kara-Murza ditahan hingga 12 Juni.
Pengacara Vadim Prokhorov mengatakan kasus informasi palsu yang dituduhkan terhadap Kara-Murza mengutip pidato 15 Maret di Dewan Perwakilan Rakyat Arizona yang mengecam perang di Ukraina.
Kara-Murza adalah seorang jurnalis dan mantan rekan mendiang pemimpin oposisi Rusia Boris Nemtsov, yang dibunuh pada 2015, dan Mikhail Khodorkovsky, yang dipenjara selama bertahun-tahun di Rusia.
Baca juga: Sekjen PBB akan Temui Putin dan Zelensky Minggu Depan untuk Desak Perdamaian Rusia-Ukraina
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-59, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Kara-Murza sendiri dua kali dirawat di rumah sakit dengan gejala keracunan, yakni pada 2015 dan 2017.
Ketua DPR Arizona Rusty Bowers mengecam tindakan pemerintah Rusia terhadap Kara-Murza.
"Saya sangat terganggu atas laporan berita mengenai penangkapan dan penganiayaan politik terhadap pemimpin oposisi Rusia Vladimir Kara-Murza," kata Bowers sebagaimana dikutip AP News.
"Jangan lupakan para pejuang kemerdekaan ini, seperti Vladimir Kara-Murza," tambahnya.
Gubernur Arizona Doug Ducey mengatakan pernyataan Kara-Murza telah menginsipirasinya.
"Arizona akan selalu berdiri untuk kebebasan. Dan kami akan mendukung mereka seperti Kara-Murza yang menentang penindasan," kata Ducey di Twitter.
Media Rusia melaporkan bahwa tuduhan serupa sedang diajukan terhadap eksekutif teknologi vokal Ilya Krasilshchik, mantan penerbit situs berita independen terkemuka Rusia, Meduza.
Tindakan terhadap dua kritikus Kremlin adalah bagian dari tindakan keras yang meluas terhadap individu yang berbicara menentang perang Rusia di Ukraina.
Rusia mengadopsi undang-undang yang mengkriminalisasi penyebaran informasi palsu tentang militernya tak lama setelah pasukannya masuk ke Ukraina pada akhir Februari.
Pelanggaran ini dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.
Para pembela hak asasi manusia sejauh ini telah menghitung 32 kasus yang menargetkan para kritikus invasi.
Lebih lanjut, Krasilshchik, eksekutif teknologi yang meninggalkan Rusia pada awal Maret, mengatakan bahwa dia telah mengetahui kasus yang menjeratnya dari laporan berita, yang hingga Jumat malam masih belum dikonfirmasi.
Media Rusia mengaitkan tuduhan itu dengan sebuah unggahan Instagram, yang menampilkan foto sisa-sisa manusia yang hangus di pinggiran kota Bucha, Kyiv.
"Anda tidak bisa pulih setelah melihat gambar dari Bucha," tulis keterangan foto tersebut.
"Anda merasa bahwa tentara negara kita ini, mampu melakukan apa saja dan begitu juga negaranya. Bahwa kita hanya tinggal perintah dari eksekusi massal."
Pada hari yang sama, aktivis hak asasi manusia veteran Rusia Lev Ponomaryov mengatakan dalam sebuah pernyataan online bahwa dia meninggalkan negara itu untuk sementara.
Ponomaryov, mantan anggota parlemen Duma Negara yang telah membantu mendirikan organisasi hak asasi manusia tertua di Rusia pada 1980-an, telah menjadi penentang vokal serangan Rusia di Ukraina, dan memprakarsai berbagai petisi publik untuk menentangnya.
Dalam pernyataannya pada hari Jumat, dia mengaku membiarkan dirinya berlibur untuk menjaga kesehatannya dan mencari cara untuk melanjutkan kampanye penentangan terhadap perang.
Baca juga: Pasukan Ukraina yang Terkepung di Pabrik Baja: Kami Terluka, Tewas, dan Kami Simpan Mayat Pejuang
Baca juga: Gajinya Menggiurkan, Puluhan Warga Ethiopia Daftar Jadi Pasukan Sukarelawan Rusia Melawan Ukraina
Di sisi lain, Kementerian Kehakiman Rusia menambahkan Kara-Murza dan beberapa kritikus terkemuka Kremlin lainnya ke dalam daftar "agen asing".
Penunjukan tersebut menyiratkan pengawasan tambahan dari pemerintah dan membawa konotasi merendahkan yang kuat yang dapat mendiskreditkan mereka yang ada dalam daftar.
Penambahan baru ke daftar termasuk Leonid Volkov, sekutu utama pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny, dan Alexei Venediktov, mantan pemimpin redaksi stasiun radio kritis tertua Rusia, Ekho Moskvy.
Stasiun itu dihapus dari siaran tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Rica Agustina)