"Rusia tidak benar-benar bermaksud menghentikan gas, tetapi menginginkan semacam kemenangan politik," katanya.
"Rusia ingin menunjukkan bahwa Vladimir Putin menentukan syarat di mana ia mengekspor gas."
Langkah ini sebagian ditujukan untuk audiensi domestik Rusia, menurut Meister.
"Pemimpin otoriter itu ingin memberi tahu rakyatnya: 'Lihat, ini adalah negara musuh dan sekarang mereka harus membayar di bawah skema yang berbeda'."
"Saya pikir ini juga tentang mendapatkan dukungan di dalam negeri, mendefinisikan siapa musuh," tambahnya.
Polandia saat ini menerima sekitar 40 persen dari gas alamnya dari impor Rusia tetapi bersikeras mereka siap untuk kemungkinan ini.
Bulgaria bahkan lebih terkena dampaknya.
Mereka mengandalkan Rusia untuk 77 persen gasnya, meskipun dikatakan telah secara aktif mencari alternatif lain.
Sedangkan untuk seluruh Eropa, negara -negara yang paling bergantung pada Rusia untuk gas adalah Bosnia dan Herzegovina, Makedonia Utara dan Moldova, yang menerima 100 persen pasokan mereka dari impor Rusia.
Negara-negara lain dengan ketergantungan yang signifikan termasuk Finlandia (94 persen), Latvia (93 persen), Serbia (89 persen), Estonia (79 persen), Slovakia (70 persen), Kroasia (68 persen), Republik Ceko (66 persen), Austria (64 persen) dan Yunani (51 persen).
Di Eropa, Jerman dan Italia adalah yang paling terdampak dengan pengaruh Rusia masing-masing 49 persen dan 46 persen, dibandingkan dengan Prancis yang hanya 24 persen atau Inggris dengan 5 persen.
Dalam hal kuantitas daripada proporsi, Jerman memimpin pada 42,6 miliar meter kubik per tahun, menurut data Badan Energi Internasional untuk tahun 2020.
Italia mengikuti dengan 29,2 miliar meter kubik, BelarusĀ dengan 18,8 miliar meter kubik, Turki 16.2 miliar meter kubik dan Belanda 15.7 miliar meter kubik.
Ekonomi terbesar Eropa telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Rusia.
Eropa berharap dapat memotong impor dari Rusia sebanyak dua pertiga pada akhir 2022 dan seluruhnya pada tahun 2027.
Tetapi harapan itu tidak mudah tercapai mengingat krisis biaya hidup di Eropa dan tingkat inflasi yang tinggi.
Selain itu, kontribusi pasar Rusia sangat lah luas, yang menyumbang 40 persen dari semua gas Eropa dan 25 persen minyaknya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)