TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Amerika Serikat (AS) tak tertarik pada perdamaian di Ukraina. Tapi sebaliknya melakukan segala cara agar konflik di negara itu berlangsung selama mungkin.
Pernyataan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dalam pengarahan pada Jumat (28/4/2022) waktu Beijing.
“Sementara komunitas internasional menyerukan diakhirinya permusuhan, AS terus menambahkan bahan bakar ke api,” kata Zhao.
“(AS) menunjukkan kesiapan untuk berperang sampai kekuatan terakhir Ukraina,” tegas Zhao, mengacu bantuan keuangan yang sedang berlangsung dan pengiriman senjata dari Washington ke Kiev.
“Tujuan mereka sebenarnya bukan untuk mencapai perdamaian, tetapi memastikan konflik terus berlanjut. Seperti yang (Amerika) katakan, mereka ingin melemahkan Rusia,” katanya.
“Mengenai apakah AS membawa perdamaian atau perang, keamanan atau kekacauan, saya kira kita semua tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu,” tambah juru bicara itu.
Baca juga: Cina Salahkan NATO, Peringatkan AS yang Tekan Beijing Agar Tak Dukung Rusia
Baca juga: Jenderal Lloyd Austin Akan Pastikan China Tak Lewati Superioritas Militer AS
Awal pekan ini, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengakui dengan membantu Kiev, Washington ingin melihat “Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina.”
Pada Kamis, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres memberi persetujuan tambahan dana $33 miliar guna menopang Ukraina selama konflik dengan Rusia.
Pada hari yang sama, anggota parlemen AS memberikan suara dalam skema pinjaman-sewa untuk Kiev.
Jika disetujui Presiden Joe Biden, akan lebih mudah bagi Washington untuk mengirim senjata ke Ukraina, tetapi negara itu pada akhirnya harus membayar pengiriman itu.
Moskow telah memperingatkan langkah itu bisa membuat Ukraina jatuh ke dalam lubang utang yang akan mempengaruhi bangsa selama beberapa generasi.
Peristiwa di Ukraina telah menambah lebih banyak ketegangan pada hubungan antara Washington dan Beijing.
Terlepas dari semua upayanya, pemerintahan Biden tidak dapat menekan Cina untuk mengutuk Rusia dan bergabung dengan sanksi internasional terhadapnya.
Beijing telah menyerukan perdamaian di Ukraina, tetapi menyalahkan pecahnya konflik di AS dan dorongannya untuk memperluas NATO dekat dengan perbatasan Rusia.
Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014.
Akhirnya Moskow mengakui Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)