News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kolumnis Sebut Elite AS dan Barat Dorong Terjadinya Penggunaan Senjata Nuklir

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kontainer kereta mengangkut Sarmat, rudal balistik antarbenua buatan Rusia.

Zona larangan terbang itu akan memiliki arti Rusia dan militer Amerika akan semakin mendekati konflik terbuka dan perang yang mematikan.

Desakan zoan larangan terbang itu hingga kini tak diputuskan. NATO dan Uni Eropa memandang jika itu dipaksakan akan bisa diartikan pernyataan perang terbuka ke Rusia.

Robert C O'Brien, ketua American Global Strategies LLC dan mantan penasihat keamanan nasional Gedung Putih (2019-2021) pernah mengusulkan, serangkaian tanggapan yang bertujuan "menghalangi perang nuklir".

Langkah itu termasuk “mengirim pesan” ke Kremlin tentang konsekuensi penggunaan senjata nuklir.

Pada dasarnya, ahli strategi AS khawatir, sehingga mereka mengklaim, Kremlin dapat menggunakan opsi nuklir dan dengan demikian mereka menganjurkan agar Washington melakukannya terlebih dahulu.

Seth Cropsey, yang merupakan pakar strategi pertahanan maritim dan mantan asisten Menteri Pertahanan (di bawah Reagan) dan juga seorang pelobi dan tokoh politik berpengaruh di Washington hari ini melampaui proposal O'Brien.

Alasan AS perlu bersiap guna memenangkan perang nuklir. Ini tampaknya masuk akal, dari perspektif Amerika.

Tetapi konsep memenangkan konflik nuklir itu bermasalah. Tidak tidak bermasalah dari sudut pandang AS, tetapi dari sudut pandang kemanusiaan sebenarnya.

Senjata nuklir saat ini jauh lebih kuat daripada bom atom 1945 – satu-satunya saat senjata semacam itu pernah digunakan sejauh ini.

Dalam konteks hari ini, dua bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, hasilnya akan dianggap rendah.

Beberapa senjata termonuklir saat ini yang dimiliki Rusia dan AS kekuatannya 3.000 kali lebih kuat dari bom Hiroshima dan Nagasaki.

Senjata nuklir terbesar yang pernah diuji sejauh ini adalah yang disebut Tsar Bomba, yang diledakkan di atas pulau Novaya Zemlya (utara Lingkaran Arktik) pada 1961 oleh Uni Soviet.

Bom itu menghasilkan ledakan 50 megaton dan membentuk awan jamur sekitar 4,5 kali lipat ketinggian Gunung Everest. Orang-orang dapat melihat kilatannya dari jarak hingga 630 mil (1.013 kilometer).

Satu bom nuklir 100 kiloton yang dijatuhkan di New York City, misalnya, dapat membunuh lebih dari 580 ribu orang.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini