TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak terancam jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.
Tetapi, ia memperingatkan bahwa Moskow akan bereaksi jika aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) itu mendukung infrastruktur militer kedua negara Nordik tersebut.
Putin yang memimpin Rusia sejak 1999, berulang kali menyebut ekspansi NATO pasca-Soviet ke arah timur atau mendekati perbatasan Rusia, sebagai alasan invasi Ukraina.
Meskipun beberapa bulan ini sempat melontarkan ancaman perang nuklir terhadap Barat, Putin membuat komentar yang tenang terkait Swedia dan Finlandia.
Baca juga: TV Rusia Sebut Putin akan Luncurkan Nuklir ke Perbatasan Eropa Jika Finlandia dan Swedia Gabung NATO
Baca juga: Ukraina Evakuasi Pasukan, Rusia Pegang Kendali atas Mariupol
Diketahui dua negara di kawasan Baltik ini akhirnya menyetujui tawaran bergabung dengan NATO.
Ini merupakan salah satu konsekuensi strategis terbesar dari invasi Rusia ke Ukraina.
"Mengenai perluasan, Rusia tidak memiliki masalah dengan negara-negara ini - tidak ada."
"Jadi dalam hal ini tidak ada ancaman langsung ke Rusia dari ekspansi (NATO) untuk memasukkan negara-negara ini," kata Putin kepada para pemimpin militer dari negara bekas Soviet, Senin (16/5/2022), dikutip dari Reuters.
Namun, ia juga memberikan peringatan.
"Tetapi perluasan infrastruktur militer ke wilayah ini tentu akan memancing tanggapan kami," kata Putin.
"Apa (tanggapan) itu - kita akan melihat ancaman apa yang diciptakan untuk kita," kata Putin kepada para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang mencakup Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Tanggapan pemimpin Kremlin yang sangat tenang terhadap salah satu kekhawatiran geopolitik paling sensitif Rusia, perluasan NATO pasca-Soviet, kontras dengan reaksi keras dari kementerian luar negeri dan sekutu seniornya.
Sebelum Putin berbicara, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Barat seharusnya tidak memiliki ilusi bahwa Moskow hanya akan tahan dengan ekspansi Nordik NATO.
Komentar itu masih diputar di televisi pemerintah.
Salah satu sekutu terdekat Putin, mantan Presiden Dmitry Medvedev, bulan lalu mengatakan bahwa Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik di eksklave Rusia, Kaliningrad, jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
Singgung NATO dan Amerika Serikat
Berbicara di Istana Grand Kremlin, Putin membacakan pidato singkat yang menyinggung NATO dan AS terkait laboratorium biologi di bekas Uni Soviet.
Putin mengatakan, Rusia memiliki bukti bahwa AS telah mencoba membuat komponen senjata biologis di Ukraina.
Klaim ini telah dibantah Washington dan Kyiv.
Selain "kebijakan ekspansi tak berujung" NATO, Putin mengatakan aliansi itu telah jauh melampaui kewenangan Euro-Atlantik, sebuah tren yang menurutnya diikuti Rusia dengan hati-hati.
Moskow menilai NATO mengancam Rusia, dan Washington telah berulang kali mengabaikan kekhawatiran Kremlin tentang keamanan perbatasannya di Barat.
Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia melalui perluasan NATO dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.
Baca juga: Amerika Ajukan 3 Syarat Negosiasi ke Presiden Rusia Vladimir Putin
Baca juga: Turki Keberatan Swedia dan Finlandia Ingin Gabung Keanggotaan NATO
Pemimpin berusia 69 tahun ini mengatakan bahwa NATO mengkhianati janjinya ketika Uni Soviet runtuh, yakni tidak akan memperluas anggota ke arah timur.
Amerika Serikat dan NATO membantah bahwa jaminan semacam itu diberikan secara eksplisit.
Kyiv dan pendukung Baratnya mengatakan klaim penganiayaan terhadap penutur bahasa Rusia telah dibesar-besarkan oleh Moskow menjadi dalih untuk perang tanpa alasan melawan negara berdaulat.
Barat mengatakan NATO, aliansi 30 negara termasuk bekas republik Pakta Warsawa seperti Polandia dan Hongaria serta kekuatan nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, murni defensif.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)