TRIBUNNEWS.COM - Langkah partai oposisi di Sri Lanka untuk mengajukan mosi tidak percaya terhadap Presiden Gotabaya Rajapaksa di Parlemen diblokir partai yang berkuasa.
Seorang legislator dari oposisi Aliansi Nasional Tamil, MA Sumanthiran pada Selasa (17/5/2022) mengusulkan agar parlemen mengabaikan prosedur dan segera mengambil mosi menentang Rajapaksa.
Dilansir Al Jazeera, tapi, partai yang berkuasa mengalahkan mosi tersebut dengan suara 119-68.
"Mosi tersebut dapat diambil untuk diperdebatkan nanti sebagai proposal normal," kata Menteri Dinesh Gunawardena.
Baca juga: BBM di Sri Lanka Habis Total, Ratusan Becak Motor Terancam Tak Dapat Beroperasi
Baca juga: Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Bakal Jual Saham Maskapai Nasional
Langkah oposisi didorong oleh meningkatnya perbedaan pendapat terhadap Presiden karena krisis ekonomi saat ini.
Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka disebut yang terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Akibatnya, masyarakat kekurangan bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Baca juga: Sri Lanka Kehabisan Stok Bensin, PM Ranil Wickremesinghe: Hanya Cukup untuk 1 Hari
Baca juga: Sri Lanka Stop Bayarkan Utang Luar Negeri Demi Beli Makanan dan Pasokan Energi
Mosi parlemen tuduh Rajapaksa bertanggung jawab atas krisis
Mosi parlemen menuduh Rajapaksa bertanggung jawab atas krisis ekonomi dengan memperkenalkan pemotongan pajak sebelum waktunya dan melarang penggunaan pupuk kimia, yang mengakibatkan gagal panen.
Parlemen juga mengatakan Presiden salah mengelola penanganan pandemi Covid-19, menggunakannya untuk militerisasi, mempromosikan solusi non-ilmiah dan membuat kesepakatan yang tidak menguntungkan tentang vaksin.
“Tujuan agar mosi tersebut disahkan secara mendesak adalah untuk menunjukkan bahwa presiden tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari parlemen,” kata anggota oposisi Mujibar Rahuman.
Tidak jelas kapan mosi tersebut akan diambil lagi.
Setiap pengesahan mosi tidak percaya terhadap presiden tidak akan mengikat tetapi akan merusak popularitas Rajapaksa.
Baca juga: Sosok PM Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Anggota Oposisi Senior Kolombo
Protes terhadap Rajapaksa
Protes telah berlanjut selama lebih dari sebulan terhadap Rajapaksa dan pemerintahnya karena antrean panjang untuk bahan bakar dan gas menambah kemarahan terhadap klan yang kuat.
Kakak laki-laki Presiden, Mahinda Rajapaksa, mundur sebagai Perdana Menteri pada 9 Mei setelah gelombang kekerasan yang dipicu oleh serangan terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah oleh pendukung partai yang berkuasa.
Anggota oposisi Ranil Wickremesinghe ditunjuk sebagai Perdana Menteri baru.
Wickremesinghe berjanji untuk mengatasi kekurangan bahan bakar dan gas dengan bantuan negara dan lembaga donor.
Pada Senin (16/5/2022) malam, Wickremesinghe memberikan penilaian suram tentang situasi negara yang mengerikan.
Dia mengatakan bahwa sekitar $75 miliar sangat dibutuhkan untuk membantu menyediakan barang-barang penting bagi negara, tetapi perbendaharaan negara sedang berjuang untuk menemukan bahkan $1 miliar.
“Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari ,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
"Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kita."
Dilansir BBC, Wickremesinghe mengatakan bank sentral harus mencetak uang untuk membayar gaji pemerintah.
Wickremesinghe juga mengatakan maskapai milik negara Sri Lanka Airlines mungkin akan diprivatisasi.
Baca juga: Sri Lanka Stop Bayarkan Utang Luar Negeri Demi Beli Makanan dan Pasokan Energi
Baca juga: Sosok PM Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Anggota Oposisi Senior Kolombo
Kekurangan kronis mata uang asing dan inflasi yang melonjak telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.
Di ibu kota Kolombo, becak, alat transportasi paling populer di kota, dan kendaraan lain mengantre di pom bensin.
"Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami," kata Wickremesinghe, yang ditunjuk sebagai perdana menteri pada Kamis (12/5/2022).
Namun, pengiriman bensin dan solar menggunakan jalur kredit dengan India dapat menyediakan pasokan bahan bakar dalam beberapa hari ke depan, tambahnya.
Berita lain terkait dengan Krisis Sri Lanka
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)