Situasi pasar saat ini dapat menghidupkan kembali proyek-proyek yang sebelumnya dianggap tidak layak.
Termasuk pembangunan pipa melintasi Sahara dari Nigeria ke Aljazair, pipa Mediterania Timur, atau sebanyak tiga proyek baru untuk ekspor LNG dari pantai Afrika Timur Mozambik, Tanzania , atau Djibouti.
Di sisi lain, dalam dekade berikutnya, gas akan memainkan peran kunci dalam pengembangan sektor energi dan industri (produksi pupuk, semen, polypropylene, dll) di banyak negara Afrika.
Negara-negara produsen utama, terutama Aljazair, Mesir dan Nigeria, harus memilih antara memenuhi permintaan domestik yang meningkat dan godaan untuk meningkatkan ekspor.
Pilihan prioritas antara ekspor dan konsumsi domestik (lebih banyak pendapatan mata uang asing atau pasokan yang lebih besar tersedia untuk sektor energi dan industri) akan menentukan peran Afrika di pasar energi dunia selama 20 tahun ke depan.
Distribusi gas antara konsumsi domestik dan ekspor akan tergantung, antara lain, pada keputusan pemerintah, yang seringkali dibuat di bawah tekanan dari operator, pembeli, dan negara donor.
Regulator dan perusahaan milik negara di negara-negara seperti Mozambik dan Nigeria sering membuat keputusan berdasarkan rekomendasi konsultan asing, dan pilihan seperti itu tidak selalu sesuai kepentingan tuan rumah.
Aljazair dan Mesir telah melangkah lebih jauh dalam pengembangan pasar domestik mereka dan memberi mereka prioritas.
Tetapi konsultan asing mereka memberikan tekanan besar kepada mereka untuk mengabaikan subsidi, meliberalisasi pasar mereka, dan membagi monopoli negara.
Uni Eropa masih memiliki peluang. Krisis ekonomi yang menghancurkan, dengan penurunan tajam dalam permintaan dan produksi listrik di Aljazair atau Mesir akan membebaskan volume tambahan gas untuk ekspor.
Ironisnya, Gazprom, Rosneft, LUKOIL secara sporadis berpartisipasi dalam proyek E&P di seluruh Afrika.
Artinya, mereka sebenarnya bermain bersama musuh strategis mereka sendiri.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)