News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Disebut Habiskan Rp 228 Miliar Per-Jam untuk Perang Ukraina

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tank T-34 era Soviet dan kendaraan militer lainnya melintasi kota Novosibirsk selama parade militer, yang menandai peringatan 77 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua, pada 9 Mei 2022. (Photo by Rostislav NETISOV / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah menghabiskan sekitar satu miliar rubel atau sekitar 15,5 juta dolar AS (Rp 228,1miliar) setiap jamnya untuk perang Ukraina.

Dilansir Newsweek, prakiraan ini berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Rusia yang dirilis pada Selasa lalu. 

Anggaran Federal Rusia pada bulan April menunjukkan 628 miliar rubel dihabiskan untuk pertahanan nasional, yang turun menjadi sekitar 21 miliar rubel sehari, lapor The Moscow Times.

Situs berita online Rusia itu mencatat bahwa jumlah harian sebanding dengan anggaran tahunan beberapa wilayah di Rusia.

Laporan rincian biaya perang yang tinggi ini muncul saat pasukan Rusia masih menjalankan misi operasinya di Ukraina.

Warga Kota Kherson memprotes militer Rusia setelah Rusia berhasil merebut kota tersebut dari Ukrraina. (The Mirror/East2West News)

Baca juga: Rusia Ternyata Lepaskan Rudal S-300 ke Jet Israel yang Serang Suriah

Baca juga: Mengenal BMPT Terminator, Kendaraan Tempur Spesialis Perang Kota Milik Rusia  

Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Rusia mengalami kemunduran yang cukup signifikan di Ukraina.

Hari Minggu lalu, Kementerian Pertahanan Inggris merilis laporan yang mengatakan bahwa serangan Rusia di Donbass telah kehilangan momentum.

Diketahui, Donbass adalah wilayah timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Rusia.

Selain itu, Institute for the Study of War pada Senin mengatakan bahwa pasukan Rusia di wilayah Kharkiv "sebagian besar tidak berhasil" dengan serangan darat mereka baru-baru ini.

The Moscow Times melaporkan, anggaran pertahanan Rusia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak perang dimulai pada akhir Februari.

Di bulan Januari, pemerintah Rusia menghabiskan 233,7 miliar rubel untuk militernya.

Namun jumlah itu meningkat menjadi 369 miliar pada bulan Februari, ketika Rusia mulai memindahkan pasukan dan peralatan ke perbatasan selama invasinya ke Ukraina.

Kemudian pada bulan April, anggaran pertahanan nasional Rusia membengkak menjadi sekitar 628 miliar rubel.

Padahal pada April 2021, angka itu hanya 275 miliar.

Sejak Januari hingga April, Rusia menghabiskan total 1,681 triliun rubel untuk biaya militer, menurut The Moscow Times.

Jumlah ini tiga kali lebih banyak daripada yang dihabiskan negara untuk pendidikan (517 miliar rubel) dan perawatan kesehatan (615 miliar rubel), kata Times.

Seorang pria berswafoto saat berdiri di depan tank Rusia yang hancur di desa Andriivka, di wilayah Kyiv pada 17 April 2022. Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. (Sergei SUPINSKY / AFP)

Dengan sanksi dan embargo minyak Rusia oleh Barat, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan pada akhir April bahwa anggaran negara telah berubah dari surplus menjadi defisit yang diproyeksikan sebesar 1,6 triliun rubel.

Dia juga mengatakan Dana Kekayaan Nasional (NWF) negara itu akan digunakan sebagai sumber utama untuk membiayai defisit anggaran, lapor Reuters.

"Jika pendapatan akan lebih tinggi dari yang direncanakan, kami akan menghabiskan lebih sedikit dari NWF," kata Siluanov tentang memanfaatkan Rainy Day Fund Rusia, yang berisi pendapatan minyak.

"Dalam kasus sebaliknya, maka kita akan menghabiskan lebih banyak dari itu."

Rainy Day Fund adalah jumlah uang yang dicadangkan untuk digunakan pada saat pendapatan reguler terganggu atau menurun agar operasi tipikal dapat dilanjutkan.

Eropa Memutus Ketergantungan dari Moskow

Komisi Eropa telah mengumumkan rencana 210 miliar euro ($220 miliar) untuk mengakhiri ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia dalam rentang waktu lima tahun dan mempercepat transisinya ke energi hijau.

Dilaporkan Al Jazeera, langkah itu dilakukan saat invasi ke Ukraina oleh Rusia, pemasok gas utama Eropa, telah mendorong UE untuk memikirkan kembali kebijakan energinya di tengah kekhawatiran yang tajam akan guncangan pasokan. 

"Kami membawa ambisi kami ke tingkat lain untuk memastikan bahwa kami menjadi independen dari bahan bakar fosil Rusia secepat mungkin," kata Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, pada Rabu (18/5/2022) di Brussels ketika mengumumkan paket yang dijuluki REPowerEU.

Moskow memasok 40 persen gas untuk blok itu dan 27 persen minyak impornya, dan negara-negara UE sedang berjuang untuk menyetujui sanksi terhadap yang terakhir.

Baca juga: Putin : Uni Eropa Membuat Sanksi Bunuh Diri, Mereka di Bawah Tekanan AS

Baca juga: Kasus Covid Semakin Landai, Uni Eropa Longgarkan Aturan Penggunaan Masker, Tapi Tidak dengan Jerman

Bendera Uni Eropa. (euronews/Christian Lue)

Langkah blok Eropa ini untuk membuang energi Rusia berasal dari kombinasi tindakan sukarela dan wajib.

Keduanya mencerminkan ketidaknyamanan politik membantu mendanai kampanye militer Rusia di negara yang bertetangga dengan Uni Eropa dan ingin bergabung dengan blok tersebut.

Larangan UE atas batu bara dari Rusia akan dimulai pada Agustus, dan blok tersebut telah berjanji untuk mencoba mengurangi permintaan gas Rusia hingga dua pertiga pada akhir tahun.

Di sisi lain, embargo minyak yang diusulkan UE telah menghantam Hungaria dan negara-negara terkurung daratan lainnya yang khawatir tentang biaya beralih ke sumber alternatif.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini