TRIBUNNEWS.COM - Serangan rudal Rusia di Lozova di wilayah Kharkiv pada hari Jumat (20/5/2022) telah menyebabkan lebih dari 1.000 apartemen dan 11 lembaga pendidikan rusak.
Hal tersebut dilaporkan oleh Wali Kota Serhiy Zelensky melalui saluran Telegram pada Sabtu (21/5/2022)
"Angka-angkanya mengejutkan: 11 lembaga pendidikan, termasuk lima sekolah. Jumlah kerusakan yang diderita oleh rumah sakit dan klinik masih dipertanyakan. Istana Kebudayaan kami juga hancur total," kata Walikota, seperti dilansir CNN.
"Di antara fasilitas pendidikan yang rusak adalah cabang Lozova dari Kharkiv Automobile and Road College."
"Bangunan pendidikan nomor 1, bengkel produksi dan pelatihan, dan asrama yang terletak di wilayah perguruan tinggi juga mengalami kerusakan," tambahnya.
Baca juga: Pakar Rusia Sebut Perang di Ukraina Sebagai Latihan Melawan NATO
Baca juga: Rekening Bank Disita, Anak Usaha Google Rusia di Ambang Kebangkrutan
CNN melaporkan pada Jumat, sebuah rudal Rusia telah menghancurkan Rumah Kebudayaan di Lozova, melukai tujuh orang, termasuk seorang anak berusia 11 tahun, menurut Kantor Presiden Ukraina.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
KUNCI JAWABAN Post Test Modul 2 Proses Regulasi Diri saat Kegiatan Belajar Berlangsung Disebut . . .
Diketahui, Lozova terletak kira-kira 73 kilometer barat daya Izium, kota yang diduduki Rusia di wilayah Kharkiv.
Perang Hanya Dapat Berakhir dengan Diplomasi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa perang di Ukraina hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi.
Berbicara di TV nasional, Zelensky memperkirakan negaranya bisa menang melawan Rusia di medan perang.
Namun, dia menambahkan bahwa perang hanya bisa berhenti secara konklusif "di meja perundingan".
“Akhirnya akan melalui diplomasi,” katanya kepada saluran televisi Ukraina, seperti dilansir The Guardian.
Perang berdarah serta pertempuran hanya akan berakhir secara definitif melalui diplomasi, katanya.
"Ada hal-hal yang hanya bisa dicapai di meja perundingan," kata Zelensky.