News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sistem Kesehatan Sri Lanka Hampir Runtuh, Dokter: Kekurangan Obat Dapat Sebabkan Kematian

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 2 Mei 2022. - Pemogokan oleh pemilik tanker bahan bakar selama akhir pekan memperbaharui antrean panjang di Sri Lanka untuk solar dan bensin pada 2 Mei karena pompa kering, peracikan krisis ekonomi dan energi negara kepulauan itu. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Para dokter di Sri Lanka menyoroti situasi krisis berkepanjangan yang melanda Kolombo.

Rumah sakit terpaksa menunda prosedur penyelamatan nyawa bagi pasien karena tidak adanya persediaan obat-obatan yang diperlukan.

"Kekurangan obat-obatan yang disebabkan krisis ekonomi di Sri Lanka dapat segera menyebabkan kematian," ucap para dokter.

Dilansir Al Jazeera, Sri Lanka mengimpor lebih dari 80 persen pasokan medisnya.

Tetapi dengan cadangan mata uang asing yang habis karena krisis, obat-obatan penting menghilang dari rak.

Baca juga: Sri Lanka Kekurangan Pangan di Tengah Krisis Ekonomi, Warga: Kami akan Mati

Baca juga: Mosi Tidak Percaya Terhadap Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Gagal di Parlemen

Orang-orang mengantri untuk membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah stasiun pasokan setelah pihak berwenang melonggarkan jam malam yang sedang berlangsung selama beberapa jam di Kolombo pada 12 Mei 2022. - Negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dengan kekurangan bahan bakar yang parah. makanan, bahan bakar dan obat-obatan dan pemadaman listrik yang lama. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Sistem perawatan kesehatan Sri Lanka kini hampir runtuh

Di rumah sakit kanker Apeksha dengan 950 tempat tidur di pinggiran Ibu Kota Kolombo, merasakan dampak krisis ekonomi.

Pasien maupun dokter merasa semakin tidak berdaya menghadapi kekurangan yang memaksa penghentian tes dan penundaan prosedur, termasuk operasi kritis.

“Sangat buruk bagi pasien kanker,” kata Dr Roshan Amaratunga.

“Terkadang, di pagi hari kami merencanakan beberapa operasi (tetapi) kami mungkin tidak dapat melakukannya pada hari itu … karena (persediaan) tidak ada.”

Baca juga: BBM di Sri Lanka Habis Total, Ratusan Becak Motor Terancam Tak Dapat Beroperasi

Baca juga: Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Bakal Jual Saham Maskapai Nasional

Pengemudi bajaj memblokir jalan persimpangan utama sambil menunggu untuk membeli bahan bakar di sebuah pompa bensin yang kehabisan persediaan, di Kolombo pada 16 Mei 2022. - Kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, bersama dengan rekor inflasi dan pemadaman yang berkepanjangan, telah membawa penderitaan berat bagi 22 juta penduduk negara itu. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan

Sri Lanka sedang bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan pada 1948.

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan ekonomi yang bergantung pada pariwisata, kenaikan harga minyak, pemotongan pajak populis, dan larangan impor pupuk kimia, yang menghancurkan pertanian.

Baca juga: Sri Lanka Kehabisan Stok Bensin, PM Ranil Wickremesinghe: Hanya Cukup untuk 1 Hari

Baca juga: Sosok PM Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Anggota Oposisi Senior Kolombo

Mereka kehilangan nyawa

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini