"Saat ini Kemlu bukan soal diplomasi. Ini semua tentang penghasutan perang, kebohongan dan kebencian," katanya.
Dia juga mengatakan dirinya tidak punya rencana untuk meninggalkan Jenewa.
Pengunduran diri itu merupakan pengakuan publik yang jarang tentang kecemasan tentang perang Rusia di Ukraina di antara korps diplomatik, pada saat pemerintah Vladimir Putin berusaha menindak pendapat yang berbeda dengannya.
"Tidak dapat ditoleransi apa yang dilakukan pemerintah saya sekarang," kata Bondarev kepada AP.
"Sebagai pegawai negeri, saya harus memikul tanggung jawab untuk itu, dan saya tidak mau melakukan itu."
Bondarev mengatakan dia belum menerima tanggapan apa pun dari pejabat Rusia.
Namun ia menambahkan, "Apakah saya khawatir tentang kemungkinan reaksi dari Moskow? Saya harus khawatir tentang hal itu."
Ditanya apakah beberapa rekan merasakan hal yang sama, dia menambahkan:
"Tidak semua diplomat Rusia melakukan penghasutan perang."
"Itu masuk akal, tetapi mereka harus tutup mulut."
Dalam pernyataannya dalam bahasa Inggris, yang ia kirim melalui email ke sekitar 40 diplomat dan lainnya, Bondarev mengatakan mereka yang merencanakan perang hanya menginginkan satu hal.
Baca juga: Gambar Satelit Perlihatkan Kapal Rusia Memuat Gandum Ukraina di Krimea
Baca juga: Diplomat Senior Moskow: Rusia Siap Lanjutkan Negosiasi Damai dengan Ukraina
Yaitu untuk tetap berkuasa selamanya, tinggal di istana hambar yang angkuh, berlayar di kapal pesiar yang sebanding di tonase dan biaya untuk seluruh angkatan laut Rusia, menikmati kekuatan tak terbatas dan kebebasan penuh.
Bondarev secara khusus menyinggung menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov.
Ia menyebut Lavrov telah berubah dari "seorang intelektual profesional dan berpendidikan" menjadi "orang yang terus-menerus menyiarkan pernyataan yang saling bertentangan dan mengancam dunia (Rusia juga) dengan senjata nuklir."