TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Amerika Serikat telah mengirim persenjataan ke Taiwan dengan nilai total melebihi 70 miliar dolar AS atau sekitar Rp 102,26 triliun (kurs Rp 14.670/dolar AS).
Demikian diungkapkan oleh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada konferensi pers pada hari Senin.
"Penjualan senjata AS ke Taiwan terus tumbuh baik dalam volume maupun kualitas," katanya pada Senin (23/5/2022).
"Nilai total mereka telah melebihi 70 miliar dolar AS."
Wang Wenbin menegaskan, aktivitas AS tersebut melanggar komitmen AS untuk secara bertahap mengurangi pasokan senjata ke Taiwan.
Baca juga: Rusia Makin Dekat dengan China saat Energinya Terancam Embargo Uni Eropa
Taiwan telah diperintah oleh pemerintahan lokalnya sejak 1949 ketika sisa pasukan Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (1887-1975) dikalahkan dalam Perang Saudara Tiongkok dan berlindung di pulau itu.
Taiwan telah melestarikan bendera dan beberapa simbol Republik Tiongkok lainnya yang telah ada sebelum Komunis mengambil alih daratan. Beijing menganggap pulau itu sebagai salah satu provinsinya.
AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pada 1979 dan menjalinnya dengan China. Mengakui kebijakan satu China, Washington terus mempertahankan kemitraan dengan pulau itu.
AS adalah pemasok senjata utama Taiwan. Pada bulan April tahun ini, Departemen Luar Negeri menyetujui kesepakatan senilai 95 juta dolar AS untuk melayani sistem rudal anti-pesawat Patriot.
Di tahun-tahun mendatang, Washington berjanji untuk menjual tank Taipei M2A2 Abrams, jet tempur F-16V, sistem roket peluncuran ganda HIMARS, drone, rudal jelajah, ranjau laut, dan peralatan lainnya.
AS Siap Turun Tangan
Sementara Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Senin bahwa AS akan bersedia untuk campur tangan secara militer jika China menyerang pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, sekali lagi menabur kebingungan atas kebijakan AS di wilayah tersebut.
Biden mengatakan pada konferensi pers di Tokyo bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bahwa Beijing sudah "menggoda bahaya" dengan latihan militer baru-baru ini dan agresi lainnya terhadap Taiwan, yang dipandang China sebagai wilayahnya sendiri.
Pertanyaan itu muncul dalam konteks invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: China Pastikan Tidak Berkompromi Jika AS Bantu Militer Taiwan dalam Perang