Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Wabah virus cacar monyet (Monkeypox) di Amerika Utara dan Eropa, diklaim terutama menyebar melalui hubungan seks antara pria, dengan sekitar 200 kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai pada setidaknya belasan negara.
Pernyataan ini disampaikan Dr. Rosamund Lewis, yang menjalankan penelitian cacar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam sesi Q&A yang disiarkan secara langsung di saluran media sosial organisasi tersebut pada Senin kemarin.
Ia mengatakan bahwa wabah ini secara cepat menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara selama sepekan terakhir dan diperkirakan akan jauh lebih luas, karena ada lebih banyak dokter yang akan mencari tanda dan gejalanya.
"Dua kasus yang dikonfirmasi dan 1 kasus yang diduga Monkeypox di Inggris dilaporkan ke WHO hanya 10 hari yang lalu, ini merupakan tahun di mana kasus pertama ini ditemukan di luar Afrika. Padahal virus ini umumnya beredar pada tingkat rendah selama 40 tahun terakhir," kata Dr. Lewis.
Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Antisipasi Penyebaran Cacar Monyet
Menurutnya, pola penyebaran kasus Monkeypox kali ini berbeda dari beberapa tahun lalu.
"Kami telah melihat beberapa kasus di Eropa selama lima tahun terakhir, hanya pada pelancong, namun ini adalah pertama kalinya kami melihat kasus di banyak negara pada saat yang sama pada orang yang belum bepergian ke daerah endemik di Afrika," tegas Dr. Lewis.
Dikutip dari laman CNBC, Selasa (24/5/2022), negara-negara Eropa telah mengkonfirmasi puluhan kasus dalam apa yang disebut sebagai wabah Monkeypox terbesar yang pernah ada di Benua itu.
Amerika Serikat (AS) dan Kanada, masing-masing memiliki setidaknya 5 kasus yang dikonfirmasi atau sejauh ini masih 'diduga'.
Sedangkan Belgia baru saja memperkenalkan aturan karantina wajib 21 hari untuk pasien Monkeypox.
WHO pun akan mengadakan pertemuan darurat pada akhir pekan ini melalui video conference untuk melihat virus, mengidentifikasi mereka yang paling berisiko dan mempelajari penularannya.
Baca juga: Ini Beda Gejala Cacar Biasa dengan Cacar Monyet
Organisasi tersebut kemudian akan mengadakan pertemuan global kedua tentang Monkeypox pada pekan depan untuk mempelajari lebih mendalam terkait risiko dan perawatan yang tersedia demi melawan virus tersebut.
"Meskipun virus itu sendiri bukan infeksi menular seksual yang umumnya menyebar melalui air mani dan cairan vagina, lonjakan kasus terbaru tampaknya telah menyebar diantara pria yang berhubungan seks dengan sesama pria," papar Dr. Lewis.
Ia menekankan bahwa siapapun dapat tertular Monkeypox.
"Banyak penyakit dapat menyebar melalui kontak seksual. Anda bisa terkena batuk atau pilek melalui kontak seksual, namun itu tidak berarti bahwa itu adalah penyakit menular seksual," kata Penasihat WHO tentang HIV, Hepatitis, dan penyakit lainnya, Andy Seale.
Virus ini menyebar melalui kontak erat dengan orang, hewan maupun bahan yang telah terinfeksi virus.
Kemudian virus itu memasuki tubuh melalui kulit yang rusak, saluran pernafasan, mata, hidung dan mulut.
Kendati demikian, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, meskipun penularan dari manusia ke manusia diyakini terjadi melalui tetesan pernafasan pula, metode itu membutuhkan kontak tatap muka yang berkepanjangan, karena tetesan tidak dapat menularkan pada jarak lebih dari beberapa kaki.
"Ini adalah virus yang sangat stabil di luar inang manusia, sehingga dapat hidup di benda-benda seperti selimut dan hal-hal seperti itu. Jadi anda bisa melihat situasi di mana orang menjadi enggan untuk memakai pakaian, hal-hal seperti itu, di mana hal itu bisa mengganggu di daerah di mana virus ini menyebar, seperti New York City," kata mantan Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, Dr. Scott Gottlieb.
Dr. Gottlieb pun memprediksi akan ada lebih banyak kasus yang dikonfirmasi di AS dalam beberapa pekan mendatang, saat dokter dan pejabat kesehatan masyarakat mengevaluasi kembali pasien yang telah menunjukkan gejala.
Sementara pada saat yang sama, virus pun terus menyebar.
Menurut CDC AS, Monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dalam keluarga yang sama dengan cacar, namun tidak separah itu.
Kendati demikian, berdasarkan pengamatan di Afrika, Monkeypox dapat membunuh 1 dari 10 orang yang terjangkit penyakit tersebut.
Menurut WHO, vaksin yang digunakan untuk mencegah cacar tampaknya memiliki efektivitas mencapai sekitar 85 persen dalam mencegah Monkeypox, ini dilihat dari penelitian observasional di Afrika.
"Namun vaksin ini tidak tersedia secara luas, sehingga penting untuk mencadangkannya bagi populasi yang paling berisiko," kata Ahli Epidemiologi terkemuka WHO untuk penyakit Zoonosis, Maria Van Kerkhove.
Oleh karena itu, kata dia, WHO akan bekerja sama dengan produsen vaksin untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan kapasitas produksinya.
Gejala awal Monkey termasuk diantaranya demam, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot dan energi menurun.
Kemudian gejalanya berkembang menjadi ruam pada wajah, tangan, kaki, mata, mulut atau alat kelamin yang berubah muncul benjolan atau papula yang melepuh dan sering menyerupai cacar air.
Benjolan itu kemudian berisi cairan putih, menjadi pustula yang pecah dan berkeropeng.
Dr. Gottlieb menggambarkannya sebagai penyakit melumpuhkan yang dapat berlangsung selama 2 hingga 4 bulan dan memiliki masa inkubasi 21 hari yang panjang.
"Saya tidak berpikir ini akan menjadi penyebaran yang tidak terkendali dengan cara yang sama seperti kita menoleransi epidemi virus corona (Covid-19), namjn ada kemungkinan sekarang ini telah masuk ke masyarakat jika sebenarnya lebih menyebar dibandingkan apa yang kita ukur saat ini, penyebarannya menjadi sulit untuk ditekan," pungkas Dr. Gottlieb.