Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, OHIO - Saat hari-hari menjelang perayaan Natal pada 2021, keluarga Widders di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat (AS) pun menjalani momen liburan penuh.
Mereka fokus pada pesta sekolah, membeli hadiah, dan bersiap untuk liburan ke Florida.
Di tengah hiruk pikuk musim liburan itu, para orang tua lainnya mungkin saja melewatkan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa 'ada hal yang tidak biasa' terjadi pada salah satu anak mereka, namun tidak begitu pada Elizabeth dan Jack Widders.
Pasangan Widders ini memperhatikan apa yang dialami anak kedua dari tiga anak mereka, Liviah yang berusia 4 tahun mengalami muntah beberapa pekan sebelum Natal, dan mereka melihatnya mengalami ruam kecil beberapa hari kemudian.
Saat itu, Elizabeth dan Jack mengabaikan rasa mual itu, karena mereka melihat Liviah memang sebelumnya mengkonsumsi terlalu banyak permen di rumah Neneknya sehari sebelum gejala muncul.
Baca juga: Misteri Penyebab Hepatitis Akut, Apakah Adenovirus, Anjing atau Covid-19?
Mereka juga mengira ruam yang muncul itu kemungkinan disebabkan sweater yang Liviah kenakan di pesta Natal sekolah.
"Namun satu hal yang paling menonjol adalah bagaimana Liviah tiba-tiba tampak 'lebih lelah dari biasanya'," kata Elizabeth.
Kemudian, hanya tiga hari sebelum perayaan Natal, Elizabeth mengamati mata Liviah mulai menguning dan ia pun langsung menyadari 'ada yang tidak beres' dengan kondisi anaknya.
Dikutip dari laman www.today.com, Kamis (26/5/2022), ia menjelaskan bahwa Liviah memang menderita penyakit kuning saat bayi, dan dirinya ingat bahwa kulit dan mata yang menguning adalah tanda-tandanya.
Elizabeth pun menanyakan apakah Liviah pergi ke kamar mandi baru-baru ini.
"Ia menjawab 'Ya, dan air kencingku berwarna oranye', bukankah itu aneh?," kata Elizabeth sambil meniru aoa yang disampaikan putrinya itu.
Elizabeth pun langsung membawanya ke rumah sakit, karena ia khawatir dengan kondisi putrinya.
Kendati demikian, kekhawatirannya tidak terlalu berlebihan lantaran ia yakin para dokter akan memperlakukan penyakit kuning Liviah ini dengan cara yang sama seperti saat putri kecilnya itu baru lahir.
Saat tiba di rumah sakit, para dokter mengatakan kepadanya bahwa mereka khawatir tentang darah Liviah dan gadis kecil itu pun harus dirawat di Rumah Sakit Anak Cincinnati.
Diagnosis misterius
Saat diobservasi, dokter menemukan terjadi peradangan pada hati Liviah, suatu kondisi yang dikenal sebagai Hepatitis.
Sepanjang hari, Elizabeth mengira bahwa putrinya mungkin akan menderita gagal hati akut atau penyakit hati stadium akhir.
Namun pada malam itu, mereka menemukan apa yang digambarkan Jack Widders sebagai 'sebagian jawaban'.
Liviah telah dites positif adenovirus, dan dokter menduga itu mungkin terkait dengan kondisi gagal hatinya.
Perlu diketahui, adenovirus adalah virus umum dan biasanya hanya menyebabkan gejala seperti pilek atau gastrointestinal, sakit tenggorokan, demam, sakit perut atau diare.
Namun selama beberapa bulan terakhir, virus ini telah terdeteksi pada banyak anak yang menderita kerusakan hati serupa dengan apa yang dialami Liviah.
Pada April lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengeluarkan peringatan tentang Hepatitis yang tidak dapat diketahui penyebabnya dan menyerang kelompok anak-anak.
Temuan ini didorong pula oleh tambahan 9 kasus yang terjadi di Alabama pada Oktober 2021.
Hepatitis sering disebabkan oleh salah satu virus hepatitis, namun dalam 180 kasus yang ditemukan di AS yang diselidiki pada pertengahan Mei ini, penyebab yang biasa ditemukan itu pun telah disingkirkan.
Setengah dari anak-anak ini dinyatakan positif adenovirus, sedangkan 15 dari seluruh pasien anak-anak di AS membutuhkan transplantasi hati.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa, di seluruh dunia, lebih dari 600 kasus anak telah dilaporkan, mengakibatkan 14 kematian.
CDC AS pun kini sedang menyelidiki 6 kematian akibat penyakit ini.
Salah satu dokter yang menangani Liviah dan Ahli Hepatologi Transplantasi Pediatrik di Rumah Sakit Anak Cincinnati, Dr. Anna Peters mengatakan kemungkinan hubungan antara adenovirus dan Hepatitis pediatrik akut adalah hal yang 'tidak biasa'.
Karena virus biasanya tidak mempengaruhi organ hati anak-anak yang sehat.
Hepatitis Liviah juga dapat dikaitkan dengan virus corona (Covid-19), karena seperti yang disampaikan Dr. Peters, pemeriksaan darahnya menunjukkan antibodi Covid-19, meskipun Liviah belum pernah diuji untuk Covid-19 sebelumnya.
"Sangat mungkin bahwa Covid-19, adenovirus atau keduanya memicu respons imun yang menyerang hatinya, namaun sangat sulit untuk membuktikan penyebabnya," jelas Dr. Peters.
Liviah pun terlalu muda untuk divaksinasi Covid-19, sehingga dokter mengetahui bahwa vaksinasi tidak berkontribusi terhadap kemunculan Hepatitis ini.
Terlepas dari apa yang menyebabkan kondisi gagal hati Liviah, tes darahnya mengungkapkan bahwa Hepatitis telah merusak sel-sel hati gadis kecil itu.
Elizabeth pun diberitahu bahwa keluarganya harus merencanakan waktu yang lebih lama di rumah sakit selama momen Natal.
Hal itu karena dokter harus memastikan kondisi Liviah dan memantau perawatannya.
Keesokan paginya, Elizabeth mengatakan dirinya sangat penasaran dengan 'seberapa parah' kondisi Liviah sebenarnya.
"Ini begitu cepat, di mana segala sesuatu yang terjadi adalah bagian yang paling gila," kata Jack.
Perlombaan untuk mendapatkan organ hati baru
Apa yang dimulai sebagai kasus misterius Hepatitis Pediatrik akut ini menjadi mimpi buruk terburuk bagi setiap orang tua di dunia, termasuk pasangan Widders.
Karena mereka menyaksikan anak mereka yang selama ini tampak sehat dan bersemangat, kondisinya mulai memburuk.
Dr. Peters pun menjelaskan bahwa hati memiliki banyak pekerjaan yang dilakukan untuk tubuh, termasuk membuat protein penting, menjaga kadar gula darah stabil, membersihkan racun dan membantu proses pengobatan.
"Jadi, jika hati seseorang tidak bekerja dengan baik, itu akan mempengaruhi aktivitas otak dan kognisi, dapat membuat seseorang mengantuk, dan kebanyakan orang tidak akan bertindak seperti dirinya sendiri," jelas Dr. Peters.
Jack dan Elizabeth menyaksikan setiap gejala yang disebutkan Dr. Peters secara langsung terjadi pada putri kecilnya.
"Pada satu momen, Liviah bahkan tidak tahu di mana ia berada. Ia akan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang selama 10 menit berturut-turut meskipun anda baru saja menjawabnya beberapa detik sebelumnya. Warna kulitnya juga menjadi 'kuning semuanya', dan ia memiliki 'tatapan jauh', ini tanda bahwa ia tidak hadir secara mental. Sangat sulit untuk melihatnya dalam keadaan seperti itu," tegas.
Terlepas dari upaya dokter, kondisi Liviah yang kian memburuk, mendorong para dokter yang menanganinya untuk memberikan beberapa putaran dialisis hati.
"Tanpa itu, Liviah tidak akan bertahan lebih lama. Itu adalah jembatan untuk mendapatkan titik dari mana tubuhnya akan ditransplantasikan. Begitu Liviah mulai membutuhkan perawatan hati tingkat tinggi, dokter pun memberinya 'kelangsungan hidup yang diharapkan kurang dari tujuh hari', " papar Jack.
Lalu pada 28 Desember 2021, rumah sakit menempatkannya dalam kategori prioritas tertinggi dari daftar transplantasi organ.
Namun Elizabeth dan Jack menyadari bahwa itu tidak menjamin putri mereka akan mendapatkan organ hati baru pada waktu yang tepat.
Elizabeth mengakui bahwa saat itu ia memahami putrinya tidak memiliki minggu yang sehat tersisa untuk dirinya.
Yang dilakukan ibu muda ini hanya dan menangis dan berdoa.
Sementara itu, kakak laki-laki Liviah yang berusia 6 tahun, Jackson yang menjadi sahabat terbaiknya di dunia ini, tampak sangat prihatin.
"Ia (Jackson) tinggal bersama keluarga, dan tentunya ingin tahu tentang semua yang terjadi dengan Liviah," tegas Elizabeth.
Jack kemudian mengatakan bahwa dalam kurun waktu 11 hari, Liviah berubah dari gadis kecil yang normal dan sehat menjadi penerima transplantasi.
Momen yang tak terlupakan
Selanjutnya pada 30 Desember 2021, 2 hari setelah dimasukkan ke dalam daftar penerima transplantasi organ, keluarga Liviah bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
"Kami diberitahu bahwa ia mungkin tidak akan bangun dari putaran berikutnya (dialisis hati)," kata Elizabeth.
Dokter pun mengurangi aturan pembatasan Covid-19, sehingga keluarga Liviah dapat mengunjunginya 2 orang sekaligus jika ia koma atau mengalami kondisi yang lebih buruk.
Kemudian, pada pukul 16.15 waktu setempat, saat bibi Liviah, Jackson dan orang tua Liviah berkumpul di dekat tempat tidurnya dan mendoakannya, telepon pun berdering.
Elizabeth pun menjawab dengan mengaktifkan loudspeaker pada ponselnya.
"Koordinator transplantasi organ hati yang menelepon untuk memberitahu kami bahwa mereka menemukan kecocokan. Mereka menyampaikan berita itu kepada seluruh keluarga di ruang tunggu, dan semua orang harus merayakan berita bahagia itu bersama-sama, ada banyak kegembiraan, banyak air mata," tutur Elizabeth.
Pada pagi hari 1 Januari 2022, Liviah dibawa ke ruang operasi.
"Saya tidak akan melupakan saat mereka memberitahu kami bahwa organ hati barunya bekerja dan bekerja," jelas Jack.
Pasca operasi, prioritas utama keluarga Widders adalah membuat Liviah sehat kembali.
"Ia telah kehilangan banyak berat badan, dan hal terbesarnya adalah mencoba untuk kembali membuatnya mau makan," jelas Jack.
Selain itu, pasangan ini juga harus menemukan tingkat yang tepat untuk berbagai obatnya, dan Liviah harus mulai mengkonsumsi 56 ons cairan dalam sehari.
"Ia minum lebih banyak air sehari daripada ayahnya," kata Elizabeth sambil tertawa.
5 bulan kemudian, kondisi Liviah terlihat baik-baik saja.
"Melihatnya, anda tidak akan pernah tahu bahwa ia pernah melewati momen sulit. Ia kembali ke lapangan, bermain sepak bola, menari lagi, dan kembali menjadi gadis kecil berusia 4 tahun lagi," jelas Elizabeth.
Liviah kini memiliki bekas luka sepanjang 8 inci yang berfungsi sebagai pengingat tentang apa yang ia alami.
"Kami menyebutnya tanda kasih," tutur Jack.
Lalu apa yang harus diketahui para orang tua?
Jumlah kasus Hepatitis Pediatrik akut yang dilaporkan telah meningkat setelah peringatan dari CDC AS, namun masih belum jelas apakah sebenarnya terjadi peningkatan kasus hepatitis akut dengan penyebab yang tidak diketahui dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Dalam satu tahun, rata-rata hingga 1.000 anak dirawat di rumah sakit karena Hepatitis dengan penyebab yang tidak diketahui. Yang bisa kami katakan dengan pasti pada saat ini adalah kami tidak melihat peningkatan dramatis dalam jumlah kasus dibandingkan dengan apa yang biasa terjadi," kata Wakil Direktur CDC AS untuk penyakit menular, Dr. Jay Butler dalam sebuah pengarahan media baru-baru ini.
Sementara itu Dr. Peters menyebut apa yang terjadi pada Liviah sebagai 'kejadian yang sangat langka' dan menekankan bahwa 'tidak ada yang harus panik' terkait peristiwa ini.
Kendati demikian, ia mengimbau para orang tua untuk tetap waspada terhadap tanda-tanda penyakit kuning, seperti kulit atau mata yang menguning, tinja atau feses berwarna pucat dan urine berwarna gelap.
Dr. Peters juga meminta para orang tua untuk selalu melaporkan temuan gejala ini ke penyedia layanan kesehatan.
"Di luar masa saat bayi baru lahir, penyakit kuning tidak normal pada anak-anak atau orang dewasa harus dilaporkan," tegas Dr. Peters.
Lalu untuk sesama orang tua, Elizabeth Widders menekankan bahwa para orang tua perlu menjadi penasehat terbaik bagi anak.
"Ikutilah naluri anda jika ada sesuatu yang salah. Terkait skenario terburuknya, anda akan menghadapi suatu hal seperti yang kami hadapi," pungkas Elizabeth.